Jumat, 29 Januari 2021

Sabtu, 29 Januari 2021

STRUKTUR DAN KEBAHASAAN KRITIK DAN ESAI

Kritik dan esai adalah dua jenis tulisan yang hampir sama. Keduanya sama-sama mengungkapkan pendapat atau argumen. Namun, penulis kritik dan esai haruslah melakukan analisis dan penilaian secara objektif terlebih dahulu agar dapat dipercaya.


Kritik

Kritik adalah penilaian terhadap suatu karya secara seimbang baik kelemahan maupun kelebihannya.


Prinsip-prinsip yang menyusun kritik sastra 

adalah sebagai berikut
1) Kritikus harus memahami karya yang akan dikritik.
2) Kritikus berbekal pengetahuian tentang karya yang akan dikritik
3) Kritikus harus mengumpulkan data dan alasan logis pendukung penilaian.
4) Kritik yang seimbang antara kelebihan dan kelemahan.
5) Kritikus menggunakan kajian teori yang relevan pendukung penilaian.

Esai

Esai membahas objek atau fenomena dari sudut pandang yang dianggap menarik oleh penulisnya. Kritik dan esai fungsinya dapat dimasukan dalam teks eksposisi.


Struktur Teks Kritik dan Esai 

terdiri dari pernyataan (tesis), argumen, dan penegasan ulang, berikut penjelasannya.
1) Tesis adalah pandangan penulis terhadap fenomena.
2) Argumen berupa alasan yang logis yang subjektif.
3) Penegasan ulang berupa ringkasan atau pengulangan kembali.

Menganalisis Kebahasaan Kritik Sastra dan Esai

1) Banyak menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif.
contoh:
    Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca) mesti memulainya tanpa prasangka dan menghindari dari jejalan pikiran yang berpresentasi pada sejumlah barisan harapan. Bukanlah banyak pula novel kanon yang peristiwa-peristiwa awalnya dibangun melalui narasi yang lambat?
2) Banyak menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk membuktikan atau pun mendukung kebenaran argumentasi penutur.
3) Banyak menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari.
4) Banyak menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya.
contoh:
Istilah yang berkaitan dengan novel yakni mitos, biografi, dan narator.
5) Banyak menggunakan kata kerja mental.
   Hal ini terkait dengan karakteristik teks eskposisi yang bersifat argumentatif dan bertujuan mengemukakan pendapat. Kata kerja yang dimaksud antara lain, memendam, mengandalkan, mengidentifikasi, mengingatkan, menegaskan, dan menentukan.
contoh: Sebuah yang juga masih memendam semangat eksperimentasi.