Senin, 14 November 2011

Ada Band - Pemujamu (CD Rip) www.musik-corner.com.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - Ada Band - Pemujamu (CD Rip) www.musik-corner.com.mp3

Ada Band - Pemujamu (CD Rip) www.musik-corner.com.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - <a href="http://www.4shared.com/audio/p3-bMLix/Ada_Band_-_Pemujamu__CD_Rip__w.html" target="_blank">Ada Band - Pemujamu (CD Rip) www.musik-corner.com.mp3</a>

Senin, 15 Agustus 2011

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Sejarah Singkat Ejaan

Sejak Bahasa Indonesia dijadikan bahasa nasional, bahasa pengantar, dan bahasa resmi, bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan ejaan.
Ejaan tersebut adalah ejaan yang Ophuyseen, ejaan Republik atau Ejaan Suwandi, dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.

Pada tahun 1901 lahirlah ejaan Van Ophuysen , ejaan berlandaskan aturan ejaan Melayu dengan huruf Latin yang dirancang oleh Cgaries Adrian Van Ophuysen dengan bantuan Engku Manawi gelar St. makmur dan Muhammad Tabib Soetan Ibrahim. Waktu itu usaha ke arah penyempurnaan ejaan mulai dirintis . Hal itu terbukti dalam Kongres Bahasa Indonesia 1 tahun 1938 di Solo. Kongres menyarankan agar ejaan lebih diinternasionalkan.

Selanjutnya pada tahun 1947, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Ejaan Republik/ ejaan Soewandi sebagai ejaan resmi. Penetapan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 19 Maret 1947. Misalmya : Boekoe menjadi Buku.

Tanggal 17 Agustus 1972 diresmikan menjadi EYD yang digunakan samapai sekarang.

A. PENULISAN HURUF KAPITAL/ HURUF BESAR
1. Dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh: Dia sedang tidur.

2. Huruf pertama petikan langsung.
Contoh: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

3. Nama Tuhan, kitab suci, termasukkata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah
Yang Maha Pengasih

4. Nama gelar kehormatan,keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh: Sultan Hasanuddin
Nabi Muhammmad

5. Unsur jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
Contoh: Wakil Presiden Adam Malik

Senin, 06 Juni 2011

MENYINGKAP RAHASIA SAINS TAHAJUD

oleh: Mufarrochah, S.Pd.


Salat tahajud sebagai salat sunah begitu istimewa dalam ibadah umat islam, seperti dikabarkan dalam sebuah riwayat sahih, bahwa Rasullulloh SAW tidak pernah meninggalkan salat tahajud hingga beliau wafat. Dalam sebuah riwayat yang lain dikemukakan Abu Hurairah, Rasullulloh SAW bersabda bahwa : “Salat sunah yang utama setelah salat fardu adalah salat tahajud” (HR. Abu Dawud).

Begitu juga di dalam Alquran, Alloh SWT berfirman : “Dan pada sebagian malam hari, bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-Mu mengangkat kamu ke tampat yang terpuji,” (QS. Al-Israa’ [17]:79).

Salat tahajud ini memiliki manfaat praktis baik dari sudut pandang religius maupun kesehatan. Sebagaimana disabdakan Rasullulloh SAW dalam sebuah hadis : “Salat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan dari penyakit,” (HR. Tirmidzi).

Alquran dan hadis sebagai panduan umat Islam menganjurkan yang demikian tentulah ada sebabnya. Dalam hati muncul pertanyaan, apa istimewanya sholat tahajud ini. Dilihat dari cara sholatnya sama dengan sholat 5 waktu, hanya waktunya yang berbeda. “Bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. Yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzzammil [73]: 2-4).
“Tuhan kami Yang Agung, pemberi berkah, setiap malam turun ke langit dunia, pada sepertiga malam yang terakhir” (HR. Bukhori). Ada Apa dengan sepertiga malam yang terakhir? Mengapa kita harus sholat tahajud?

Seorang ilmuwan Muslim asal Mesir, Fadhlalla Haeri, menyatakan bahwa pada saat matahari terbenam (jam 6 sore), kelenjar pineal dalam tubuh kita mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. Hormon ini membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membatasi gerak pemicu tumor seperti estrogen. Dengan melakukan sholat tahajud akan menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.

Haeri mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak melatonin yang ada di dalam tubuh berjumlah 120 picogram. Namun jumlah tersebut akan semakin menurun pada usia 20 30 tahun. Selain secara alamiah, pengurangan jumlah melatonin di dalam tubuh juga diakibatkan adanya pengaruh eksternal, seperti: tidur larut, medan elektromagnetik, dan polutan kimia yang pada akhirnya akan menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.

Selain itu kita mempunyai irama tubuh yang biasa disebut irama sirkadian tubuh. Mulai jam 3 dini terjadi peningkatan adrenalin. Akibatnya tekanan darah manusia juga meningkat. Padahal kita sedang tidur pulas. Biasanya adrenalin kita bekerja saat kita beraktifitas atau dalam keadaan stress. Selain itu terjadi pula penyempitan pembuluh darah otak yang menyebabkan oksigenasi otak berkurang sehingga kita merasa berat kalo bangun pagi dan cenderung mengantuk. Peningkatan adrenalin juga mengaktivasi sistem pembekuan darah yang mengakibatkan sel-sel trombosit berangkulan membentuk suatu trombus. Trombus inilah yang menyebabkan gangguan kardiovaskuler pada manusia.

Hasil penelitian Furchgott dan Ignarro serta Murad tentang suatu zat di dalam dinding sel yang dapat melebarkan pembuluh darah menjawab pertanyaan di atas. Zat yang ditemukan itu bernama NO (Nitrit Oksida). Yang luar biasa adalah ternyata Nitrit Oksida ini diproduksi terus menerus selama istirahat termasuk ketika manusia tidur. Zat ini juga mencegah terbentuknya trombus dengan menghambat agregasi/penempelan trombosit. Hasil temuan ini mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.

Aktivitas sholat tahajud dapat meningkatkan kadar Nitrit oksida dalam pembuluh darah sehingga oksigenasi ke otak juga bertambah akibat melebarnya pembuluh darah otak dan yang pasti trombosit dicegah untuk saling menempel, jadinya pembuluh darah tidak bertambah sempit. Aktivitas mengejan yang ditimbulkan pada gerakan rukuk dalam sholat meningkatkan tonus syaraf parasimpatis yang melawan efek dari syaraf simpatis seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Mohammad Sholeh, Seorang dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya dalam usahanya mempertahankan disertasi doktornya, mengatakan bahwa shalat tahajud yang dilakukan secara rutin, benar, khusuk dan ikhlas akan membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan kanker.

Ia mengemukakan pernyataan itu dalam disertasinya yang berjudul Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Response Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi. Sholeh melakukan penelitian ini terhadap 51 siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Dari 51 siswa hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan shalat tahajud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi tinggal 19 siswa yang bertahan shalat tahajud selama dua bulan. Shalat dimulai pukul 02:00 hingga 3:30 sebanyak 11 rakaat. Selanjutnya hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya. (Paramita, Prodia dan Klinika). Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajud secara ikhlas

berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi shalat tahajud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress.

Menurut Sholeh orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan shalat tahajud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Berdasarkan hitungan teknik medis menunjukan, shalat tahajud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Sholeh mengukur kadar hormon kortisol (glukokortikoid alami utama yang dikeluarkan korteks adrenal. Zat ini memengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak) bisa diketahui apakah seseorang mengalami stres atau tidak. Pada mereka yang berhasil melakukan shalat tahajud sampai dua bulan, hormon ini meningkat. Ini pertanda orang tersebut ikhlas dan tidak stres,” katanya.

Meningkatnya hormon ini akan disertai dengan meningkatnya kandungan serotonin, epinefrin, dan endorfin. Hormon-hormon inilah yang membuat kita merasa tenang dan tenteram. Sebaliknya, tingkat acetylcholine pada ke-19 orang ini menurun. Acetylcholine adalah ester asam asetat dari kolin yang berfungsi sebagai neurotransmiter atau bahan kimia yang berfungsi menyampaikan pesan dari sel saraf yang satu ke sel saraf yang lain.“Bila bahan kimia ini meningkat, itu tandanya orang lagi stres. Akibat lanjutannya orang akan mudah marah, cemas, dan khawatir” tuturnya. Stres juga ditandai oleh meningkatnya kandungan vasopressin atau hormon yang dikeluarkan hipotalamus (bagian otak).
“Bila tingkat vasopressin tinggi dan menumpuk terus-menerus, daya tahan tubuh orang akan menurun. Orang akan mudah kena kanker. “Dengan sendirinya berbagai sistem imun yang ada di tubuh seperti makrofag, basofil, monosit, dan lainnya tidak akan terproduksi,” katanya.

Ikhlas dan kontinyu

Namun pada saat yang sama, shalat tahajud pun bisa mendatangkan stres, terutama bila tidak dilaksanakan secara ikhlas dan kontinyu. "Jika tidak dilaksanakan dengan ikhlas, bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis atau daya adaptasi terhadap perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal, tetapi jika dijalankan dengan ikhlas dan kontinyu akan sebaliknya”, tuturnya.

Dengan begitu, keikhlasan dalam menjalankan shalat tahajud menjadi sangat penting. Selama ini banyak kiai, dan intelektual berpendapat bahwa ikhlas adalah persoalan mental-psikis. Artinya, hanya Allah swt yang mengetahui dan mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun lewat penelitiannya, Sholeh berpendapat lain.

Ia yakin secara medis ikhlas yang dipandang sebagai sesuatu yang misteri itu bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator sekresi hormon kortisol. "Keikhlasan Anda dalam shalat tahajud dapat dimonitor lewat irama sirkadian, terutama pada sekresi hormon kortisolnya", kata pria yang meraih gelar doktor pada bidang psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah menjalankan shalat tahajud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas, sehingga gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut. Gangguan adaptasi itu tercermin pada sekresi kortisol dalam serum darah yang seharusnya menurun pada malam hari. Apabila sekresi kortisol tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan menurun sehingga berakibat munculnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan sekresi kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinya produksi respon imunologik yang meningkat pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh, akan menimbulkan Kekecewaan, persepsi negatif, dan rasa tertekan. perasaan negatif dan tertekan itu menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres.

Dalam kondisi stres yang berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosuprsif yang menekan proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak teinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker.

Kanker, seperti diketahui adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. Nah, bila melaksanakan shalat tahajud dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang pertumbuhan sel secara normal sehingga membebaskan pelaku shalat tahajud dari berbagai penyakit dan kanker/tumor ganas. Menurutnya, shalat tahajud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga bisa menyelesaikan problem hidup dengan efektif.

Sepertiga malam yang terakhir adalah waktu yang paling utama melaksanakan sholat tahajud (kira-kira jam 01.00 sampai masuknya waktu subuh) dan waktu itu adalah waktu paling enak untuk tidur lagi. Banyak orang merasa berat untuk menjalankan sholat tahajud, merasa mengantuk dan terpotong waktu tidurnya. Idealnya masa tidur di malam hari adalah enam hingga delapan jam, tetapi pendapat ini ditolak oleh ilmuan Barat Dr. Ray Meddis, seorang profesor di Department of Human Sciences, England University of Technology yang menyatakan bahwa masa tidur yang sempurna hanyalah tiga hingga empat jam setiap harinya. Seseorang akan mengalami deep sleep sekitar tiga hingga empat jam saja.

Kata Haeri yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur. Tiga jam adalah waktu yang cukup untuk itu. Jadi bila merasa kurang tidur bila melakukan sholat tahajud adalah pernyataan yang tidak beralasan.

Temuan ini juga sekaligus memberikan bahan renungan kepada mereka yang berpendapat bahwa kebenaran agama mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Jadi, hadis nabi yang menyatakan “Salat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan dari penyakit,” (HR. Tirmidzi) adalah benar adanya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tergerak untuk melaksanakannya? Kalau Anda tergerak melaksanakan sholat tahajud berarti Anda termasuk orang yang diselamatkan. Amin. Wallahua’lam. (Juni 2011)

Senin, 11 April 2011

PROSA LAMA

PAK PANDIR
http://www.ashtech.com.my/cerita_rakyat/pak_pandir.html 10/03/11 11:35:27

Al kisah, maka adalah kononya sebuah hutan. Maka di dalam hutan itu ada dua orang miskin laki isteri. Akan yang lakinya itu bernama Pak Pandir dan isterinya itu bernama Mak Andeh. Ada pun Pak Pandir itu tersangatlah bodoh serta dengan dungunya. Maka kerjanya itu bercucuk tanam pada sepanjang masa
Dengan hal yang demikian, beberapa lamanya, Mak Andehpun hamillah. Setelah genap bulannya, maka Mak Andeh pun bersalinlah seorang perempuan. Maka Pak Pandirlah bidannya. Telah selamat lalu di peliharakan dengan sepertinya.
Tiada berapa lamanya, dengan takdir Allah, maka kanak-kanak itu pun dapat sakit guam, serta dengan demamnya. Tersangatlah susah hati Mak Andeh, teristimewa pula makan pun tiada berlauk oleh ia pun didalam pantang lagi. Maka Mak Andeh meneriak Pak Pandir, katanya pergilah awak memancing kesungai-sungai itu moga-moga dapat ikan, bolehlah diperbuat lauk. Aku hendak makan pun tidak lalu, kerana tiada berlauk. Dan aku pun hendak pergi tiada lalu, oleh sakit badan ku lagi.
Maka sahut Pak Pandir, aku hendak memancing apa umpannya, Andeh? Maka jawab isterinya, tangkaplah belalang rusa itu, umpankan pada taut besar kita itu. Maka jawab Pak Pandir, ya baiklah Andeh.
Maka Pak Pandir pun pergilah membawa tali dan taut serta parang sebilah, lalu berjalan ia masuk kedalam hutan hendak mencari rusa akan umpan tautnya. Ada seketika ia berjalan, sampailah ia kepada suatu repoh muda. Maka terpandanglah olehnya seekor rusa jantan sedang tertidur dengan terlalu nyedarnya. Maka Pak Pandir pun datanglah perlahan-lahan, lalu diikitnya dengan tali tangan dan kaki rusa itu, kemudian di helanya. Maka rusa itu pun terkejutlah jaga lalu bertempek hendak lari, tiadalah dapat lagi oleh sudah di bebatnya seperti lepat. Beberapa pun ia melompat dan menghempas menerajang, makin lama semakin letih. Maka oleh Pak Pandir dihelanya juga tiada berhenti, hingga sampai ke tepi sungai berhampiran dengan rumahnya. Maka disitu hendak ditahankannya taut itu. Kemudian ia pun menebang sebatang kayu akan baur tautnya itu. Telah sudah lalu di cangkukkannyalah mata taut itu kebelakang rusa itu. Maka rusa itu pun menjeritlah oleh kesakitan. Kemudian dicampakkannyalah taut itu kedalam sungai itu. Wah apatah lagi, rusa itu pun menghempas dan berguling-guling oleh kelemasan. Mak Andeh nantilah, kalau taut kita di makan oleh ikan, bolehlah makan lauk.
Maka ujar Mak andeh, baiklah.
Setelah itu, Pak Pandir pun pergilah membuat apa-apa kerjanya. Maka rusa umpan taut Pak Pandir itu pun oleh tersangat sejoknya, menhempaslah ia serta dengan tempeknya yang amat kuat. Maka kedengaranlah kepada Mak Andeh. Ia pun terkejut seraya memanggil Pak Pandir bertanyakan apa bunyi yang demikian dasyatnya itu. Maka jawab Pak Pandir, apa Andeh tak tahukah? Itulah umpan taut yang Andeh suruh tahan tadi.
Maka kata Mak Andeh, apa benda umpannya sampai begitu besar bunyinya? Maka jawab Pak Pandir, kata Andeh tadi cari rusa jantan buat taut. Itulah aku tangkap seekor rusa jantan, aku cangkukkan pada mata taut itu ditengah belakangnya dan kakinya aku ikat.
Kemudian kata Mak Andeh, rusakah yang awak buat umpan itu? Maka jawab Pak Pandir, yalah rusalah yang aku umpankan taut itu.
Maka Mak Andeh pun marahlah akan Pak Pandir serta dengan tengking herdeknya akan Pak Pandir. Katanya, pergilah ambil bawa kemari taut serta dengan umpannya itu! Sahajakan yang bingong tolol tak boleh diharap sbarang kerja semuanya tak tahu.
Maka Pak Pandir pun segeralah pergi mengambil taut bersama dengan umpanya dihelanya berpusing-pusing hingga sampai kehalamannya seraya berkata, nah Andeh, lihatlah oleh mu apa namanya ini.
Mak Andeh pun datanglah kepintu melihat yang diseret oleh Pak Pandir itu. Wah apabila dilihatnya terkejutlah ia seraya berkata, Cheh, Pak Pandir bodoh, mati bangat. Aku suruh cari belalang rusa membuat umpannya, apa guna di tangkap rusanya pula? Jikalau sudah dapat rusa, usahlah menahan taut lagi, daging ini bukankah lauk juga?
Maka Pak Pandir pun diamlah terkulat-kulat. Kemudian kata Mak Andeh, asah parang itu, boleh disembelih lekas-lekas, kalau lama nanti mati pula rusa ini.
Maka Pak Pandir pun pergilah mengambil goloknya yang berhulu buluh dan disarungkan upih itu, lalu diasahnya sampai tajam. Diberikannya kepada Mak Andeh. Katanya sembelihlah Andeh.
Maka kata Mak Andeh, aku orang perempuan, dimanakan boleh menyembelihnya, aku mana tahu? Andehlah sembelih. Kemudian kata Mak Andeh, sembelihlah boleh aku tunjukkan.
Maka dikatakan oleh Mak Andeh segala pekerjaan menyembelih itu, lalu diperbuatlah oleh Pak Pandir. Maka apabila rusa itu merasa sakit, ia pun menghempaslah dengan sekuat-kuatnya. Maka Pak Pandir pun bersebuklah memegangkan rusa itu dengan sekuat hatinya.
Hatta, rusa itu pun matilah, lalu dilapah oleh Pak Pandir daging rusa itu, separuh dibuat salai dan separuh di panggang dan diperbuat pacak. Barulah separuh masak Pak Pandir pun tampillah meratah daging itu. Maka diintai oleh Mak Andeh akan kelakuan Pak Pandir itu seraya disergahnya. Katanya, Apa Pak Pandir buat meratah daging belum masak lagi itu?
Maka sahut Pak Pandir aku makan sedikit sahaja, Andeh. Nahlah rasa sedikit dahulu.
Maka kata Mak Andeh, tiada aku ingin muntahkan darahlah oleh awak seorang.
Maka Pak Pandir pun diamlah sambil menyalakan api salainya. Setelah masak sekaliannya, lalulah berbahagi dua, Pak Pandir separuh, Mak Andeh separuh. Maka bahagian Pak Pandir ditaruhnya didalam karung, digantung ditulang bumbung. Sehari-hari di panjat dimakannya. Dan bahagian Mak Andeh diserkapnya di bawah kawah, tiada diketahui oleh Pak Pandir.
Setelah habislah salai Pak Pandir, maka Mak Andeh, apabila ia hendak makan dikeluarkannya sediki-sedikit. Telah di lihat oleh Pak Pandir akan Mak Andeh makan berlauk salai lalu dipintanya. Katanya ambilkan aku sedikit, andeh, daging salai itu.
Maka kata Mak Andeh, Pak Pandir punya kemana perginya? Sedangkan awak yang banyak lagi sudah habis, inikan pula aku yang sedikit.
Maka Pak Pandir pun diamlah, makan nasi dengan garam sahaja terkulat-kulat. Maka kasihan hati Mak Andeh, di berinya sekeping daging salai itu seraya katanya, sudah, jangan minta lagi. Sudah habis ya Pak Pandir.
Maka kata Pak Pandir, Kalau habis tiadalah aku hendak lagi. Jika ada, aku hendak juga. Andeh sahaja makan berlauk aku tiada tentu aku tiada lalu makan.
Setelah lepas makan, hari pun malamlah. Hatta, pada keesokan harinya, kata Mak Andeh kepada Pak Pandir, sekarang jerangkan air keapi. Setelah panas suam-suam kuku mandikanlah anakku ini. Aku hendak pergi mencari ubat budak ini.
Maka kata Pak Pandir, baiklah Andeh. Maka Mak Andeh pun pergilah mencari daun genggayang membuat pupuk anaknya kepala anaknya itu. Sepeninggalan Mak Andeh pergi itu, Pak Pandir pun melekat api menjerangkan air di dalam kawah. Ada seketika air itu pun panaslah serta menggelegak sedang gelora. Maka diambilnya anaknya itu, di masaukkannya kedalam kawah itu, lalu matilah menyeringai gusinya serta menggelupas kulitnya. Maka kata Pak Pandir, Amboi sukanya anakku mandi air panas rupanya.
Kemudian lalu diangkatnya budak itu dari dalam kawah, di timang seraya berkata hai suka sangat anakku mandi. Mandilah lagi. Serta di masukkannya pula kedalam kawah itu.
Maka seketika lagi Mak Andeh pun baliklah membawa daun gengganyang akan ubat anaknya, langsung naik kerumah mendapatkan anaknya. Maka dilihatnya tiada anaknya di tempat tidurnya itu. Maka Mak Andeh pun meneriakkan Pak Pandir seraya berkat, kemana perginya anak kita di sini? Maka sahut Pak Pandir, ini bukankah dia, sedang ku mandikan. Cuba juga lihat, terlalu suka dia Andeh.
Maka Mak Andeh pun segeralah pergi kedapur melihat anaknya itu. Terpandanglah si anak itu telah terjeringing di dalam kawah yang sedang mendidih airnya dengan gelora sangat itu. Maka Mak Andeh pun mengucap, demikian katanya, Astaghfirullah! Apa mulanya Pak Pandir demikian? Cheh, Pak Pandir sial bedebah tak mahu ditangkap harimau panjang tujuh, buaya panjang sembilan, supaya bangat matinya. Adakah patut air yang seperti ini panasnya itu dicelurkan kanak-kanak! Amboi, gunung payung, intan gemala, urat rambut batu kepala emak, matilah anakku! Sampainya hati bapamu membunuh akan dikau.
Maka berbagai-bagailah bunyi ratap tangis Mak Andeh, lalu dipalunya akan Pak Pandir serta ia mengambil anaknya. Demi didengar oleh Pak Pandir akan kata Mak Andeh anaknya sudah mati itu, barulah ia menangis serta menghempaskan kepalanya pada segenap bendul dan tiang rumah itu, sepertikan gila lakunya hingga mendatangkan ketakutan pula kepada Mak Andeh melihatkan kelakuan Pak Pandir itu, kalau-kalau ia mengamuk pula. Maka Mak Andeh pun berkata, janganlah Pak Pandir tersangat risaukan kematian anak kita ini. Baiklah awak pergi tanamkan budak ini, balutkan dengan belat ini dahulu, kemudian tanamkan.
Setelah Pak Pandir mendengar perkataan Mak Andeh itu, maka ia pun pergilah membalut anaknya itu dengan belat lalu dipikulnya, dibawa ketempat perkuburan.
Arakian, telah sampai separuh jalan anaknya itu pun terjatuhlah dari dalam gulungan belat itu, tiada di ketahui oleh Pak Pandir. Setelah sampai ke kubur, ia pun mengorek liang lalu ditanamkannya belat segulung itu tiada dengan periksanya lagi, lalu ditimbusnya. Kemudian ia pun berjalan pulang. Apabila ia sampai separuh jalan maka bertemulah ia dengan mayat anaknya yang tertinggal tadi. Maka apabila di lihat oleh Pak Pandir akan mayat itu, maka ia pun berfikir dihatinya, Hai bukanlah aku seorang sahaja yang kematian anak ini, ada pula orang lain yang mati anaknya juga. Serupalah nasibnya dengan untungku ini.
Maka ditatapi pula oleh Pak Pandir rupa mayat itu, betul-betul serupa dengan anaknya daripada muka, hidung sifat tubuhnya sekali dan perempuan juga. Maka dengan sesaat itu hilanglah dukacitanya lalu segeralah berlari pulang. Serta sampai ke halaman tangganya ia pun berseru akan perempuannya, katanya, Andeh, Andeh! Bukannya kita sahaja yang mati anak rupanya, orang lain pun ada juga yang mati anaknya, perempuan juga dan rupanya pun semacam betul-betul dengan anak kita.
Maka sahut Mak Andeh, agaknya kalau-kalau anak kita juga tercicir ditengah jalan dari dalam belat itu kalau awak tidak sedar.
Maka kata Pak Pandir, tidak Andeh. Aku rasa berat yang aku tanamkan tadi. Maka sahut Mak Andeh baiklah, moh kita lihat pula. Kata Pak Pandir, mohlah, Andeh aku tunjukkan. Maka kedua-duanya pun pergilah bersama-sama berjalan. Tiada berapa antaranya sampailah kepada mayat anaknya itu. Maka kata Pak Pandir kepada Mak Andeh, inilah dia anak orang yang mati itu. Bukankah serupa dengan anak kita, Andeh.
Telah dilihat oleh Mak Andeh, dikenalnyalah akan anaknya. Maka Mak Andeh pun marahlah dengan sumpah seranahnya akan Pak Pandir, lalu diambilnya seraya didukung mayat kanak-kanak itu serta di suruhnya Pak Pandir mengorek belat yang ditanamkan itu. Lalu di balutkan anaknya, ditanam semula. Setelah sudah keduanya pun pulanglah kerumah dengan dukacitanya hingga malam hari tiadalah tidur Pak Pandir laki isteri.
Maka kata Mak Andeh kepada Pak Pandir, esok hari pergilah awak membeli kerbau. Nah wang empat puluh rial. Boleh kita kendurikan anak kita barang sesuap nasi dan seteguk air.
Maka jawab Pak Pandir, bagaimana rupa kerbau itu, Andeh? Maka kata Mak Andeh yang meragut-ragut rumput itulah kerbau. Maka kata Pak Pandir, baiklah Andeh. Kemudian keduanya pun tidurlah berkaparan.
Hatta setelah keesokan harinya, maka Pak Pandir pun pergilah hendak mencari kerbau, membawa wang empat puluh rial, berjalan masuk hutan keluar hutan, masuk rimba keluar rimba lalu sampailah ia kesebuah ladang padi. Maka didalam ladang itu adalah pula seorang perempuan tua sedang merumput dengan keri. Maka kata Pak Pandir, hai emak, mahukah menjualkan kerbau yang dipegang itu?
Maka jawab perempuan itu, tiadalah sekali-kali hajat hendak menjualkan dia, kerana sahaya memakai sendiri. Maka kata Pak Pandir, juallah biar sahaya membeli akan dia. Nahlah, ini wangnya empat puluh rial. Ambillah.
Lalu dihantarkannya di hadapan orang tua itu, dan kerbau itu pun diambilnya. Maka orang tua pun tiadalah terkata-kata lagi, istimewa pula melihatkan wang empat puluh rial itu, lalu diamlah ia. Maka oleh Pak Pandir keri itu pun dibubuhnya bertali pada hulunya, ditariknya pulang kerumahnya. Maka sepanjang-panjang jalan itu, mata keri itu mengenai keting Pak Pandir, habis luka dan berdarah. Maka kata Pak Pandir cheh bedebah celaka ini terlalu bengkeng pula ia menanduk kaki kita. Tetapi keri diseretnya juga.
Tiada berapa lamanya sampailah ia kerumahnya, lalu Pak Pandir meneriak Mak Andeh. Katanya, Andeh, nahlah kerbau Andeh. Maka kata Mak Andeh, tambatkanlah dahulu kepada tempat yang berumput itu. Maka keri itu pun ditambatkan oleh Pak Pandir. Ia pun naik kerumah menunjukkan kakinya yang dimakan keri itu. Katanya terlalu bengis sekali kerbau jembalang itu. Dan berbagai-bagai rungutnya.
Demi dilihat oleh Mak Andeh kaki Pak Pandir seakan-akan di makan parang, maka Mak Andeh, dimana kerbau itu awak tambatkan. Maka sahut Pak Pandir, kepada rumput itulah aku tambatkan. Maka Mak Andeh pun turunlah pergi melihat kerbau itu. Hingga puaslah di carinya kesana kemari tiada juga di jumpanya. Maka kata Mak Andeh di manakah awak tambatkan kerbau tadi? Penat sudah aku mencari, tiada juga bertemu. Maka kata Pak Pandir, aku tengah makan nasi, nantilah dahulu. Seketika lagi ia pun sudah, lalu turun pergi menunjukkan kerbau itu. Maka katanya, ini apa, Andeh? Bukankah kerbau? Sahajakan mata Andeh seperti orang buta. Maka Mak Andeh pun pergilah kepada Pak Pandir hendak melihat kerbau itu dengan terintai-intai mencari kerbau serta dengan herannya. Maka Pak Pandir pun berkata ini, ini dia kerbau Andeh.
Lalu ditariknya tali keri itu. Apabila dilihat oleh Mak Andeh, wah apatah lagi! Tak ketahuanlah bunyi maki hamun sumpah seranahnya akan Pak Pandir seraya berkata, inilah agaknya kerbau bapa engkau yang bengong tolol itu! Adakah begini rupa kerbau? Allah! Allah! Pak Pandir padanlah nama dengan bodoh. Pergi lekas pulangkan keri ini. Bukannya kerbau, inilah keri, gunanya merumput padi. Dan minta kerbau yang betul, kakinya empat, tanduknya dua.
Maka Pak Pandir pun pergilah menarik keri itu hendak memulangkan kepada tuannya. Selang tiada berapa lamanya sampailah ia kepada orang tua itu. Maka kata Pak Pandir, hai emak tua, ambillah balik kerbau ini. Kata Andeh , ia suruh minta kerbau yang bertanduk dan berkaki lagi hidup. Maka orang tua itu pun tercengang seraya berfikir didalam hatinya, Pak Pandir rupanya orang ini. Maka kata orang tua itu, hai Pak Pandir nantilah di sini dahulu supaya aku ambilkan kerbauku di kampung.
Maka Pak Pandir pun berhentilah disitu menanti-nantikan orang tua itu kembali. Ada seketika orang tua itu pun datanglah membawa kerbau lalu diserahkannya kepada Pak Pandir. Maka Pak Pandir pun berjalanlah menarik kerbau itu. Tetapi sampai kerumah, maka ia pun menyeru Mak Andeh, katanya Andeh marilah lihat kerbaukah ini atau bukan?
Maka Mak Andeh pun keluar. Katanya itulah kerbau yang betul. Tambatlah ia kepada rumput yang muda itu. Telah sudah ditambat oleh Pak Pandir , ia pun naik kerumah lalu makan nasi. Ada sekejap lagi, hari pun malam. Pak Pandir laki isteri pun mesyuarat hendak kenduri pada esok hari. Telah tetap kira-kira keduanya pun tidur.
Hatta pada pagi-pagi esoknya, Pak Pandir pun merapus kerbau lalu disembelihnya. Telah matilah sudah, Pak Pandir pun tampillah melapah kerbau itu berdua dengan Mak Andeh. Telah siap lalu dibawa kerumah serta di masaki oleh Mak Andeh segala lauk-lauk dan nasi berpuluh-puluh kawah dan kancah.
Setelah selesai sekaliannya, maka kata Mak Andeh, pergilah awak segera menjemput haji dan lebai, kita berkenduri. Maka kata Pak Pandir, bagaimana rupa haji dan lebai itu, Andeh? Maka jawab isterinya. Ada pun haji itu berserban di atas kepalanya dan lebai itu berjanggut-janggut di bawah dagunya itu. Maka ujar Pak Pandir baiklah Andeh. Maka ia pun mengambil goloknya lalu turun berjalan mencari haji lebai yang seperti pesan Mak Andeh itu, masuk hutan rimba keluar kepadang lalu kesebuah kampung orang.
Maka dilihat oleh Pak Pandir disisi kampung itu adalah beberapa ekor kawan kambing sedang makan rumput. Semuanya berjanggut. Maka Pak Pandir pun hampirlah kepada kawan kambing itu serta berkata, Hai Pak Lebai, andeh mengajak kerumah hendak kenduri. Maka kambing itu pun berbunyilah oleh ketakutan melihat Pak Pandir itu, lalu ia lari tiada berketahuan lagi seraya berbunyi ‘ Bek! Bek!' kata Pak Pandir, apa sebenarnya Pak Lebai mengata nasi Andeh lembek? Tidak lembek, keraslah betul.
Maka kambing itu pun lari juga hendak pulang kekampung. Maka kata Pak Pandir, aku itulah yang terlalu panas rasa hatiku. Andeh sudah penat bertanak nasi dikatanya pula nasi lembek. Maka Pak Pandir pun berselampitkaan kainnya berlari mengejar kawan kambing itu dengan bersungguh-sungguh hatinya serta ditangkapnya. Dapat seekor bapa kambing jantan, langsung dipikul dibawanya pulang.
Maka pada pertengahan jalan itu bertemulah ia dengan sekawan burung pipit uban sedang merayap diatas rumput. Maka kata Pak Pandir, Hai Haji, mari kita pergi kerumahku. Andeh menyuruh ajak, kami hendak kenduri. Maka burung itu pun berbunyi, ‘Pit! Pit!' Maka kata Pak Pandir, rumah kami tidak sempit, haji luas dan besar. Jangan kita lambat lagi, Andeh sudah lama menanti.
Setelah itu pipit tu pun terbang lari. Maka diusir juga oleh Pak Pandir sambil berkata, Nanti, nanti kita pergi bersama-sama. Hingga penatlah ia mengikut burung itu, hampir-hampir lelah. Maka naiklah berang Pak Pandir seraya mengambil kayu lalu dilemparnya. Maka dengan takdir Allah kena dua ekor burung itu lalu jatuh ketanah. Maka segeralah diambil oleh Pak Pandir seraya katanya, tadi aku ajak benar-benar, tiada mahu sekarang baharu hendak pula, sahajakan haji buta perut.
Maka ia pun berjalan. Seketika lamanya sampailah kerumah. Hari pun hampir petang. Maka didapatinya Mak Andeh masih bersiap menyajikan hidangan sudah teratur sahaja sekadarkan menanti datang orang jemputan. Maka Pak Pandir pun naiklah membawa bapa kambing serta dengan burung pipit ituseraya katanya. Nah Andeh Pak Haji dengan Pak Lebai, bagaikan nak mati aku mengejar. Hendak mengajak makan kenduri seorang pun tiada yang mahu.
Wah! Apabila dilihat oleh Mak Andeh, apatah lagi, hingga tenarlah bunyi sumpah seranahnya akan Pak Pandir, hingga tiada terdengar oleh anjing dan kucing. Serta katanya, aduhai harapnya hatiku hendak kenduri, di perbuat oleh Pak Pandir keparat umpan alir ini, ta mahu pun di tangkap oleh harimau panjang sembilan itu, sahajakan yang tiada boleh diharap. Kalau muntahkan darah pulangkan kepadanya sahaja pun jadi, tentang kerja jangan. Lain disuruh, lain dibuatnya.
Maka jawab Pak Pandir, Andeh kata cari lebai yang berjanggut dan haji yang berserban putih ini bukankah dia? Semuanya Andeh marahkan aku. Maka Mak Andeh pun diamlah pun diamlah seraya katanya, baiklah pergi pula panggil Dato Keramat Jin Islam kemari, tetapi baik- baik, jalan itu simpangnya dua yang sebelah kiri itu terus kerumah nenek gergasi.
Maka kata Pak Pandir, baiklah Andeh. Maka Pak Pandir pun berjalanlah dengan senjatanya golok sebilah. Berjalan pun berlari-larian sahaja kerana hari hampir petang. Sekejap berjalan sampailah ia kesimpang dua itu. Maka terlupalah ia akan pesan Mak ndeh itu lalu diikutnya jalan simpang kiri. Selang tiada berapa lamanya sampailah kerumah nenek gergasi itu. Maka nenek itu pun sedang tidur bertiga beranak dia dalam rumahnya. Maka Pak Pandir pun berdiri ditengah halaman rumah gergasi itu, lalu ia melaung, katanya Hai nenek Tok Sheikh Keramat, bangunlah! Andeh menyuruh kerumahnya, ia hendak kenduri.
Maka tiada juga jaga gergasi itu. Maka Pak Pandir pun bertempek dengan sekuat-kuat hatinya, katanya Hai Tok Syeikh Keramat, bangunlah lekas Andeh menyuruh kerumahnya makan kenduri. Maka tiada juga jaga gergasi itu. Maka Pak Pandir pun bertempek dengan sekuat-kuatnya, katanya, hai Tok Sheikh Keramat bangunlah lekas Andeh menyuruh kerumahnya makan kenduri.
Maka terjagalah gergasi itu ketiga beranak lalu bangun dengan gembiranya mengambil tongkat hendak memukul Pak Pandir. Katanya, ini sekali kenyanglah aku memakan manusia datang menyerahkan dirinya kepada aku. Maka Pak Pandir pun berkata, janganlah aku pula dimakan. Aku mengajak Tok Sheikh makan kenduri daging kerbau dengan nasi terlalu banyak dirumahku. Maka kata gergasi, sungguhkah seperti kata Pak Pandir itu? Jawab pak Pandir sungguh.
Maka kata gergasi, jikalau demikian baiklah dan jika tiada, nanti aku makan Pak Pandir pula. Jawab Pak Pandir, yalah. Maka nenek gergasi itu pun segeralah mengambil tongkatnya lalu turun berjalan dengan isterinya mengikut Pak Pandir dan anaknya tinggal menunggu rumah. Maka tiada berapa lamanya sampailah kerumah. Pak Pandir pun naik menyergahkan Mak Andeh, katanya, siaplah lekas Andeh, ini Tok Sheikh Keramat sudah datang dua laki bini. Mak Andeh pun pergilah melihat kepintu. Asal terpandang sahaja gergasi itu, ia pun gementarlah oleh ketakutan, serba salah fikirnya, hendak lari pun tiada boleh, seraya fikirnya, jika demikian berserahlah aku kepada dato-dato keramat disini. Jikalau nasib baik, dimanakan boleh jahat oleh perbuatan Pak Pandir celaka keparat ini?
Maka Mak Andeh pun bersiaplah menghamparkan tikar yang cantik lalu menyuruh gergasi itu naik. Maka gergasi kedua laki bini pun nailah kerumah. Maka Pak Pandir dan Mak Andeh pun berkata, makanlah nenek. Maka gergasi kedua pun muntahkan darahlah sehingga daging kerbau habis enam kawah dan nasi dua kawah, dan ia pun terbelahak, barulah ia berkata kepada Mak Andeh, wahai cucuku, berilah nenek sedikit makanan ini, hendak nenek bawakan anak nenek yang tinggal dirumah.
Maka kata Mak Andeh, baiklah nenek. Boleh cucu suruhkan Pak Pandir menghantari kerumah. Setelah itu, maka Pak Pandir pun pergilah menghantari anak gergasi u\itu nasi sebakul dan daging sekancah serta dipesan oleh Mak Andeh, katanya, jika tiada lalu ia makan sekarang, suapkanlah baik-baik, jangan disuapkan tulang kerbau itu pula.
Maka kata Pak Pandir, baiklah Andeh. Maka ia pun pergilah menjunjung bakul nasi dan daging itu serta serta tulang kaki kerbau itu sekerat. Hatta tiada berapa lamanya Pak Pandir pun sampailah kerumah gergasi itu. Didapatinya anak gergasi itu sedang dudk di muka pintu menantikan emak bapanya balik. Setelah Pak Pandir sampai, maka anak gergasi itu mengangakan mulutnya hendak makan Pak Pandir. Maka Pak Pandir pun segeralah menuangkan nasi dengan daging itu kedalam mulutnya. Demi dirasa oleh anak gergasi itu akan nyaman makanan itu lalu ditelannya sahajalah dan apabila lambat ia menelan diasak Pak Pandir mulutnya dengan tulang kerbau itu, dihentak-hentakkannya dengan bersungguh-sungguh hatinya mesuk kedalam tekak anak gergasi itu. Maka didalam hal yang demikian habislah nasi sebakul dengan daging sekawah disuapkan oleh Pak Pandir. Maka anak gergasi itu pun mati oleh tersangat kekenyangan.
Setelah dilihat oleh Pak Pandir anak gergasi itu sudah mati, maka ia pun berlarilah dengan bersungguh-sungguhnya. Maka kata Pak Pandir kepada Mak Andeh mana dia gergasi itu Andeh? Maka kata Mak Andeh bukankah ia sudah balik, tiadakah bertemu ngan awk dijalan tadi? Kata Pak Pandir, tiada aku berjumpa kerana aku mengikut jalan lain, oleh sebab anaknya sudah mati aku asak dengan tulang kerbau tadi. Sekarang baik kita lari, Andeh jangan ditunggu disini lagi, nanti dimakannya kita.
Setelah didengar oleh Mak Andeh akan perkataan Pak Pandir itu, maka sangatlah ketakutan hatinya hingga menggeletarlah tulanh sendinya serta dengan pucat mukanya, tiada ia terkata-kata lagi akan barang-barangnya serta lari keduanya. Kata Pak Pandir, kemana baik kita pergi ini, Andeh? Maka kata Mak Andeh, mari kita naik pelampung terap ini, kita menyeberang keseberang sungai ini.
Maka keduanya pun naiklah keatas pelampung itu, langsung menyeberang keseberang sungai. Telah sampailah keduanya dengan selamat sempurnanya lalu berdiam diri disana. Sebermula maka tersebutlah kisah gergasi berdua laki bini itu. Telah sudah habis makan ia pun berkabarlah kepada Mak Andeh hendak balik kerumahnya, lalu berjalanlah pulang keduanya. Maka dilihatnya akan anaknya sudah mati, penuh didalam mulutnya dengan nasi dan daging serta sekerat tulang kerbau tersengkang dimulutnya.
Maka keduanya pun bangkit marah dengan berangnya seraya bertempek lalu mengambil tongkang turun berkejar menuju kerumah Pak Pandir. Telah sampai dilihatnya pintu rumah itu terbuka lalu, dimasukinya kedalam rumah itu mencari serata-rata rumah itu, tiada juga orangnya, lalu diturunya jalan kesungai. Telah tiba ketepi sungai serta dilihat oleh Pak Pandir gergasi itu lalu berkata jangan nenek ikut aku, nenek aku tahu anak nenek sudah mati. Bukan aku sengaja, oleh aku hendak segera pulang, maka aku asak dia dengan tulang kerbau itu.
Setelah didengar oleh gergasi keduanya wah apatah lagi! Makin bertambah-tambahlah berangnya seraya berkata nantilah oleh kamu, aku makan dengan kulit tulang kamu sekali, tiada aku tinggalkan. Maka gergasi itu pun hendak terjun kedalam sungai kata Pak Pandir, jangan nenek hendak menyeberang kesini. Pergilah ambil tempayan besar dirumah cucu itu sebuji seorang, boleh nenek buat perahu menyeberang kemari. Demi didengar oleh gergasi akan kata Pak Pandir itu, keduanya pun berlari-larilah pula naik kerumah Pak Pandir mengambil tempayan dua buah, dibawanya turun kesungai itu. Maka kata Pak Pandir, masuklah nenek seorang sebiji kedalam tempayan itu. Kemudian tudung dengan daun birah supaya jangan masuk air. Maka diperbuatlah oleh gergasi kedua seperti pengajaran Pak Pandir itu. Setelah sudah masuk keduanya pun melonjak-lonjak diri didalam tempayan itu dan tempayan itu pun hanyutlah juga dibawa oleh air deras itu kepada suatu lubuk yang dalam.
Setelah dilihat oleh Pak Pandir, maka katanya oleng nenek oleng kuat-kuat. Maka kedua gergasi itu pun mengolenglah akan tempayan itu. Kemudian kata Pak Pandir, tumbuk, nenek tumbuk! Maka ditumbuklah oleh gergasi kedua akan daun birah tudung tempayan itu. Setelah daun itu pecah, maka air pun masuklah kedalam tempayan itu. Maka gergasi itu pun segeralah hendak keluar dari dalam tempayan itu, tetapi tiada sempat oleh hidungnya sudah penuh dengan air. Ia pun lemas dan tempayan itu pun berdebuk-debuk masuk air lansung tenggelam pada lubuk yang dalam itu. Maka gergasi kedua pun matilah.
Telah dilihat oleh Pak Pandir dengan Mak Andeh akan gergasi itu sudah tenggelam, maka kata Pak Pandir, kemana pula kita ni Andeh? Kata Mak Andeh marilah kita balik kerumah kita kerana gergasi itu pun sudah mati. Maka keduanya pun turunlah kepelampung terap lau menyeberang kembali kerumahnya. Telah sampai, kata Mak Andeh, marilah kita pergi kerumah gergasi itu kalau apa-apa hartanya yang ada boleh kita ambil. Maka kata Pak Pandir, lekas-lekas Andeh kalau orang lain pergi dahulu tentulah habis dipapasnya, kita melepas sahaja. Maka keduanya pun berjalanlah. Tiada berapa lamanya lalu sampailah kerumah itu. Maka dilihat oleh Mak Andeh bangkai anak gergasi itu terkangkang sahaja di muka pintu serta dengan buruk dan bengis lakunya. Maka Mak Andeh pun ketakutan. Maka kata Pak Pandir, mari Andeh apa pula yang ditakutkan? Ia sudah mati.
Maka keduanya pun naiklah kerumah itu mengambil anak kunci membuka bilik-bilik gergasi itu. Pada mula dibukanya yang pertama itu dilihatnya penuhla dengan tulang binatang dan tulang manusia serta rambut dan bulu bertimbun-timbun terlalu banyaknya. Maka dibukanya pula bilik yang kedua, teramatlah sukacita Mak Andeh melihatkan sekalian barang-barang emas gergasi itu daripada agok, dokoh, subang, gelang, keroncong serta lain-lain terlalu banyak.
Maka kata Pak Pandir, apa namanya ini Andeh? Maka kata Mak Andeh, inilah segala harta gergasi itu, semuanya emas. Sekarang menjadi rezeki kitalah ini. Marilah kita angkut pulang kerumah kita. Maka kata Pak Pandir, baiklah Andeh. Maka Mak Andeh pun memungut sekalian perkakasan itu. Dimasukkan kedalam kain selendang lalu didukungnya seberat-berat ia membawa. Pak Pandir pun demikian juga. Setelah itu, MakAndeh pun pergi kedapur. Dilihatnya segala periuk dan belanga gergasi itu semuanya emas. Itu pun dipapasnya juga. Demikianlah empat kali Pak Pandir dengan Mak Andeh berangkut ulang alik barulah habis semuanya. Maka rumah gergasi itu pun dibakarnya. Telah itu Pak Pandir keduanya pulanglah kerumahnya dengan terlalu suka hatinya kerana beroleh harta terlalu banyak itu. Lalu disimpan oleh Mak Andeh kedalam kembung padi, disitu tempat ia menyembunyikan hartanya yang baik-baik. Setelah itu, hari pun malamlah dan Pak Pandir kedua pun tidur dengan kesukaannya. Hatta pada keesokan harinya kata Mak Andeh, pergilah awak Pak Pandir membeli padi, jangan pula dibeli hampa beratnya. Maka kata Pak Pandir, baiklah Andeh. Maka ia pun pergi membawa wang dua rial dan karung sebiji. Selang tiada berapa lamanya sampailah ia kesebuah ladang orang dan pada masa itu yang empunya ladang itu pun sedang mengaingin padi membuang hampa. Maka Pak Pandir pun sampailah kepada mereka itu seraya bertanya. Katanya dijualkah padi ini? Maka kata orang itu, kalau kena harganya, dijual juga. Kata Pak Pandir, berilah saya membeli hampa beratnya itu. Maka kata mereka yang empunya itu, ambilah tak usah membeli.
Jawab Pak Pandir, nah ambillah wang diberi oleh Andeh dua rial ini. Lalu diletakkan dihadapan orang itu. Maka dibubuhkan oranglah hampa beratnya itu kedalam karung Pak Pandir dan wang itu pun diterimlah oleh tuan padi itu. Maka Pak Pandir pun memikul hampa padi itu dibawanya pulang. Maka pada pertengahan jalan itu bertemulah ia denga sungai, kerana pulang itu jalan yang lain diikuti oleh Pak Pandir. Dilihatnya terlalu banyak semut meniti pada suatu ranting kayu yang kecil menyeberang sungai itu. Maka Pak Pandir pun hendak menyeberang juga dan titian yang lain pun tiada. Kemudian fikir Pak Pandir, sedangkan semut itu yang beribu-ribu lagi tahan melalui dari atas kayu ini, apatah pula aku yang seorang. Karung hampa ini pun bukan berapa beratnya. Kalau begitu baiklah aku meniti bersama semut itu.
Setelah itu, Pak Pandir pun menitilah. Apabila dipijaknya sahaja ranting itu pun patahlah, tiadalah bertangguh lagi. Pak Pandir pun jatuhlah kedalam air bersama-sama dengan karung padi itu, lenyap sekali. Telah dirasai oleh Pak Pandir dirinya terjatuh itu, ia pun berenanglah naik kedarat dengan basahnya dan karung itu pun hanyutlah kehilir, dipandang sahaja oleh Pak Pandir, hendak diambilnya sudah jauh. Kemudian ia pun menharung air sungai itu lalu pulang kerumahnya dengan menggeletar oleh kesejukan.
Setelah sampai, ia pun meminta kain pada Mak Andeh. Katanya Andeh berilah aku kain. Aku terlalu sejuk ini. Maka kata Mak Andeh, apa pula kenanya awak? Kata Pak Pandir aku jatuh lalu diceritakannya segala perihalnya dari awal hingga keakhirnya. Maka kata Mak Andeh apa awak beli tadi? Jawab Pak Pandir, Andeh kata beli hampa padi yang berat. Wah Mak Andeh pun apa hendak dikata lagi. Terdengarlah sumpah seranahnya akan Pak Pandir serta dilutunya umpama tebuan pecah sarangnya, seraya kata Mak Andeh, bukankah sudah aku pesan jangan dibeli hampa berat? Padinya yang bernas minta oleh Pak Pandir. Kata Pak Pandir, entahlah aku tak tahulah. Tadi aku dengar kata Andeh menyuruh beli hampa berat. Itulah aku cari yang demikian.
Setelah itu Mak Andeh pun diamlah, tiada terkata-kata lagi kerana pada fikiran Mak Andeh, aku juga yang salah menyuruh si bodoh ini. Hatta sekali peristiwa, pada suatu hari kata Mak Andeh kepada Pak Pandir, hai Pak Pandir, apatah hal kita ini tersangatlah lamanya kita tiada pernah kenduri akan dato nenek dan kaum keluarga dan anak buah kita yang telah mati. Maka kata Pak Pandir, pergilah Andeh bawakan sekalian buah-buahan dan tebu, pisang, ubi keladi dan korek kuburnya, masukkan supaya dimakan olehnya.
Maka ujar Mak Andeh, bukannya demikian. Ada pun orang mati itu bukan dia berkehendakkan makan lagi, hanya yang boleh kita tolongi dengan kenduri iaitu meminta doa kepada Allah ta`ala barang di anugerahnya akan mereka itu tempat yang kebajikan. Kata Pak Pandir, kalau begitu apa tahu oleh Andeh, buatlah aku tak tahu. Kemudian kata Mak Andeh, baiklah tetapi pada masa ini semuanya perkakas ada berlaka, hanya yang tiada garam sahaja. Pergilah awak mencari garam kekampung, bawa keladi dan ubi ini tukarkan.
Jawab Pak Pandir, baiklah. Arakian, maka ia pun pergilah membawa ubi keladi, tebu dan pisang menuju kekampung orang. Tiada berapa lamanya ia pun sampailah. Maka banyaklah tingkah lakunya yang jenaka dipermainkan oleh orang kampung akan dia oleh bingungnya itu. Terlalu suka orang mengusik akan Pak Pandir sehingga latahlah ia. Pak Pandir pun berjalanlah memikul garam sekarung.
Hatta, setelah Pak Pandir sampai pada separuh jalan, ia pun berasa senak perutnya hendak buang air oleh banyak makan lemak dan manis diberi orang-orang di kampung tadi. Kemudian Pak Pandir menyimpang masuk kedalam semak lalu diletakkannya sumpit garam itu itu di hadapannya. Dengan seketika itu juga datanglah fikiran nya yang ahmak, lalu katanya, wah salah sekali pekerjaanku ini. Sekiranya kalau datang sesuatu kemalangan bagi diriku entah binatang datang mengejar, atau menerkam aku, bukankah sia-sia sahaja aku lari, karung garamku tinggal oleh terperanjat.
Maka diubahnya ketempat lain serta dilindungkannya di balik semak-semak itu. Kemudian ia pun berbalik ketempat yang mula-mula tadi lalu direnungnya kepada karung itu. Nampak juga kepadanya. Maka berkata pula ia, ini pun suatu pekerjaan yang kurang akal juga. Siapa tah? Kalau-kalau ada orang lalu dialehnya pula ketempat asing diperbuatnya seperti hal yang lalu tadi, selagi nampak diubahnya juga.
Hatta, lima enam kali diubahnya, kemudian timbul pula suatu ingatannya yang berlainan seraya katanya, ceh, bodoh sekali aku ini. Jikalau aku sembunyikan kedalam air tentu tiada siapa dapat melihatnya. Telah tetaplah fikiran Pak Pandir yang demikian lalu diambilnya karung garam itu, dibawanya pergi mencari tempat yang berair hingga beratus-ratus depa jauhnya barulah ia bertemu dengan suatu anak sungai. Maka karung garam itu pun dibenamkan oleh Pak Pandir kedalam sungai itu. Maka ia pun berjalanlah jauh sedikit lalu direnungnya sumpit garam itu, baru tak nampak lagi kepadanya, seraya ia berkata, sekarang barulah puas rasa hatiku menyembunyikan garamku itu, tiada apa pun yang kelihatan lagi.
Kemudiaan ia pun pergilah kadha hajat. Telah sudah baharulah ia mengambil pula akan karung garamnya itu. Tetapi apalah gunanya lagi, oleh semuanya sudah pulang keasalnya. Maka dibawalah oleh Pak Pandir karung itu dengan tergopoh-gopoh hendak segera tiba dirumahnya. Hatta serta sampai, maka ditunjukkannyalah kepada Mak Andeh. Serta dilihatnya air turun seperti hujan daripada karung itu, seraya ia bertanya, air apa ini? Di mana garam yang awak cari tadi?
Maka jawab Pak Pandir, itu bukankah garam? Maka kata Mak Andeh, garam apa yang seperti air ini? Maka oleh Pak Pandir diceritakannyalah segala perihal dari awal hingga keakhir. Maka Mak Andeh pun kenyang tak makanlah oleh perangai Pak Pandir keparat itu. Hanya diamlah ia tiada berkata-kata lagi sambil menyudahkan kerjanya, lalu ia bersumpah didalam hatinya bahawa sekali-kali tiadalah ia mahu menyuruh Pak Pandir sebarang apa pekerjaan, biarlah ia membuat sendirinya. Setelah Mak Andeh tiada mahu lagi menyuruh Pak Pandir membuat sebarang apa pekerjaan, maka ia pun pergilah membawa dirinya sendiri dan membuat kerja mengikut sukanya. Maka pada suatu hari Pak Pandir pun mengambil goloknya pergi menebang buluh, diperbuatnya lukah. Telah sudah lalu ditahannya kepada suatu alur didalam redang. Sudah itu Pak Pandir pun pulanglah kerumah makan minum dengan Mak Andeh.
Setelah malam hari keduanya pun tidur, dan pada keesokan hari pagi-pagi Pak Pandir pun mencapai goloknya lalu pergi melihat lukahnya. Serta sampai lalu diangkatnya tiada terangkat oleh terlalu banyak ikannya. Maka dikuat-kuati juga oleh Pak Pandir, barulah terangkat olehnya, dibawa naik keatas tebing anak air itu lalu ducurahkannyalah sekalian isi bubunya itu, ikan limbat serta diketuk oleh Pak Pandir dengan goloknya. Telah mati barulah disiangnya dan di basuh serta ia memperbuat salai. Dinyalakan apinya, dan ikan-ikan itu pun diaturnya diatas penyalai.
Maka api pun dijadikanlah oleh Pak Pandir dengan bersungguh-sungguh hatinya. Diangkutnya sekalian kayu yang besar2 akan kayu apinya. Seketika lamanya ikan salai itu pun tampillah meratah salai itu dua ekor sesuap, empat ekor sesuap dimakannya hingga habislah ikan itu sekerat penyalai barulah Pak Pandir berhenti. Maka ikan yang tinggal lagi dimasukkannya kedalam karung lalu dibawanya memanjat keatas pokok kayu, digantungnya karung itu kepada dahan kayu. Telah sudah, ia pun turun langsung pergi minum air serta menahan lukahnya.
Maka hari pun hampir petang. Pak Pandir pun pulanglah kerumahnya. Telah sampai, maka Mak Andeh pun bertanya. Katanya kemana awak pergi tadi turun pagi-pagi petang barulah balik? Apa awak buat? Maka sahut Pak Pandir dengan tersipu-sipu, katanya tiada kemana aku pergi, Andeh. Aku berjalan Cuma-Cuma sahaja merata-rata hutan itu hendak mencari makan, suatu apa pun tidak kuperoleh.
Maka kata Mak Andeh. Membuat penat sahaja Pak Pandir merayau segenap hutan itu. Baiklah makan harta kita yang ada ini cukup. Bukannya kita ada beranak cucu, apatah yang disusahkan mencari kesanan kemari lagi? Maka kata Pak Pandir, aku tiada mahu makan harta andeh lagi, kerana Andeh tak mahu menyuruh aku lagi. Biarlah aku membuat hal aku seorang dan Andeh pun buatlah kerja Andeh sorang, usah dihiraukan hal aku.
Maka jawab Mak Andeh, bukannya aku tiada mahu menyuruh Pak Pandir. Sebab aku kasihan akan awak kerana tiap-tiap barang apa yang aku suruhkan itu tak pernah sudah dengan sekali, sampai dua tiga kali baru jadi. Oleh yang demikian tersangatlah penat awak aku lihat dan aku pun menjadi sia-sia sahaja menyuruh orang yang tiada tahu. Itulah sebabnya. Janganlah awak syak dan berkecil hati akan aku. Biarlah aku buat sendiri.
Hatta telah didengar oleh Pak Pandir akan kata Mak Andeh itu, ia pun diamlah dengan masam mukanya tiada berkata-kata. Seketika lagi hari pun malam. Keduanya pun tidurlah. Telah keesokan harinya Pak Pandir pun tiada khali lagi melihat lukahnya. Ikan-ikannya yang dapat semua disalainya. Serta masak sahaja ia pun meratahlah hingga tinggal separuh barulah ia berhenti dan yang lebihnya itu dimasukkannya kedalam karung, digantungkannya pada pohon kayu itu juga. Telah hari petang ia pun pulang. Demikianlah perbuatan Pak Pandir pada setiap hari, meratah ikan salai dengan bersembunyikan daripada Mak Andeh, tiada pernah dibawanya pulang kerumah.
Maka dengan takdir Allah, lukahnya itu pun tiadalah mahu mengena lagi, beberapa dialih dan ditahannya tiada juga mahu kena lagi, tetapi Pak Pandir tiada khuatir darihal meratah ikan kerana ikan salainya masih ada lagi separuh karung bergantung pada pohon kayu itu. Maka itulah kerjayanya berulang meratah salai itu pada setiap hari keatas pohon kayu itu.
Maka tersebutlah pula kisah Mak Andeh yang tiap-tiap hari tinggal menunggu rumah seorang dirinya seraya ia berfikir, apa gerangan kerja Pak Pandir hilang sehari-hari tiada berselang ini? Jikalau begitu, baik aku pergi mengintai akan dia.
Maka Mak Andeh pun mengambil candungnya lalu pergi mengikut jalan Pak Pandir itu. Tiada berapa lamanya sampailah Mak Andeh ketempat penyalai Pak Pandir itu seraya ia mengendap-endap di dalam hutan itu serta memperhatikan Pak Pandir. Maka dengan takdir Allah ta`ala nampaklah kain Pak Pandir tersangkut diatas pohon kayu itu, lalu kelihatanlah Mak Andeh akan Pak Pandir duduk tercapak pada dahan kayu itu sedang meratah ikan salai. Maka nampaklah karung salainya tergantung seperti sarang tempua. Telah nyatalah dilihat oleh Mak Andeh ia pun baliklah kerumahnya bertanak nasi lalu makan sorang dirinya sambil berfikir didalam hatinya, itulah rupanya akal Pak Pandir bedebah itu. Baiklah mana-mana dayaku hendak ku ambil juga ikan salainya itu.
Telah ia sudah makan lalu berbaring dimuka pintu. Seketika lagi hari pun petang. Mak Andeh pergi mengambil air kesungai. Maka Pak Pandir pun pulanglah oleh sudah kenyang meratah ikan salai itu habis dua karung, langsung ia pergi mandi kesungai serta naik kerumah, dan Mak Andeh pun menyediakan nasi lalu mengajak Pak Pandir makan. Maka kata Pak Pandir, makanlah Andeh dulu,aku sudah kenyang makan buah-buahan kayu didalam hutan tadi.
Sahut Mak Andeh, awak makan buah-buahan haram tak mahu membawanya aku barang sebiji. Maka kata Pak Pandir, perasaan aku Andeh tak suka makan buah-buahan kayu hutan. Lainlah aku orang sudah biasa tinggal bersama-sama dengaan lotong dan kera. Dari sebab itulah tiadalah kubawakan, besok boleh aku bawakan pula.
Maka Pak Pandir pun berbaringlah di tengah rumah sambil berdikir-dikir. Maka kata Mak Andeh, apa yang awak takut sekali? Sahut Pak Pandir, aku? Apa pun tiada kutakuti, harimau, gajah, badak, beruang, singa, beruk, dan hantu semuanya boleh ku cundangi, tetapi Andeh, ada suatu binatang sahaja yang terlalu kutakuti.
Maka kata Mak andeh apa namanya yang awak takuti itu? Cubalah katakan. Maka Pak Pandir hai Andeh jangankan binatangnya, namanya sahaja pun aku takut. Tidaklah Andeh tiada berani aku menyebutnya. Maka kata Pak Pandir ayuhai Andeh, sahajalah sebab Andeh menyuruh juga, kalau tidak mati dibunuh tidak aku mahu berkabar. Namanya binatang itu tok tok kai. Hai Andeh seram rasa badan dan kembang tengkuk aku hendak menyebut namanya.
Maka kata Mak Andeh, langsungkanlah Pak Pandir maka sahut Pak Pandir, itulah dia binatangnya yang selalu berbunyi.
Tok-tok kai serondung batang,
Dimana hinggap?
Ditengah belakang
Itulah dia binatangnya yang sangat kutakuti, Andeh. Maka kata Mak Andeh, kalau binatang itu, tidaklah mengapa sangat tetapi aku pun takut juga rasanya. Setelah itu kedua-duanya pun tidurlah. Telah keesokan harinya pagi-pagi, maka Pak Pandir pun pergilah kepohon kayu salainya itu. Serta sampai ia pun memanjatlah lalu meratah salainya itu empat lima ekor sekali suap.
Ada pun akan Mak Andeh telah dilihatnya Pak Pandir sudah pergi maka ia pun bersiaplah pula pergi mengikut Pak Pandir perlahan-lahan. Serta ia sampai dilihatnya Pak Pandir sedang meratah ikan salai diatas pohon itu. Maka Mak Andeh pun naiklah keatas suatu tunggul yang bertunas. Disitulah Mak andeh berlindung, tiadalah nampak kepada Pak Pandir. Maka Mak Andeh pun berbunyilah seperti bunyi binatang yang sangat ditakuti oleh Pak Pandir itu:
Tok-tok kai serondung batang
Di mana hinggap?
Di tengah belakang
Wah serta terdengar oleh Pak Pandir bunyi itu, ia tak sedar lagi mencampakkan dirinya dari atas pohon itu serta dengan jerit pekiknya, tiada terkira lagi larinya langsung masuk kedalam hutan rimba raya itu hingga habislah segala tubuhnya di cangkuk oleh sekalian onak dan duri, berlumur dengan darah dan kain bajunya pun habis koyak rabak. Maka ia lari itu haram tiada menoleh lagi kebelakang. Setelah dilihat oleh Mak Andeh kelakuan Pak Pandir itu, maka makinlah sangat diperbuatnya lagi bunyi itu dengan sekuat-kuatnya. Maka didengar oleh Pak Pandir, pada perasaan nya binatang itu sudah hinggap dibelakangnya sahaja. Ia pun makinlah sangat kuat larinya.
Arakian, telah Pak Pandir sudah lepas, maka Mak Andeh pun pergilah memanjat pohon kayu tempat Pak Pandir terjun itu lalu diambilnya sekalian ikan salai Pak Pandir itu, dibawanya pulang, disembunyikannya dibawah kawah. Seketika lagi hari pun petanglah. Mak Andeh pun menyiapkan nasi Pak Pandir. Dinanti-nantinya tiada juga Pak Pandir balik. Hatta, tersebutlah pula kisah Pak Pandir lari tadi. Hingga beberapa jauhnya ia pergi baharulah hilang pendengarannya bunyi “ Tok tok kai serondong batang “ itu. Maka ia pun berhentilah sedikit oleh teramat penat dan jerehnya, serta ia berjalan perlahan-lahan pula ikut sekehendak kakinya. Dengan takdir Allah ta`ala teruslah Pak pander pulang kerumahnya, sudah pasang dammar, dengan bertelanjang bulat, seurat benang pun tiada berkain, lalu ia meneriak Mak Andeh. Katanya Andeh, Andeh berilah aku kain kerana aku sudah bertelanjang bulat.
Maka Andeh pun pura-pura membuat marah akan Pak Pandir, dengan tutur nistanya dan carut-capainya akan Pak Pandir seraya membuka pintu. Maka dilihatnya Pak Pandir bercekup kemaluan dengan tangan sahaja. Maka Mak Andeh pun berkata, kena apa Pak Pandir demikian kelakuan seperti orang gila pula?
Maka ujar Pak Pandir, itulah Andeh, malam tadi kularangkan jangan disebut nama binatang yang aku takut itu, nyaris lagi aku tidak dimakannya sekadarkan dikejarnya sahaja. Lihatlah badan aku calar- balar di makan oleh duri, habis luka seluruh tubuhku ini. Maka Mak Andeh pun tertawa didalam hatinya sahaja melihatkan hal Pak Pandir itu, lalu segera diberinya kain. Setelah Pak Pandir berkain, barulah ia naik kerumah serta dibuangkan oleh Mak Andeh segala duri yang ada pada tubuh Pak Pandir, lalu dibubuhnya ubat pula, dan Pak Pandir pun demam. Maka oleh Mak Andeh dihantarkannya, nasi kehadapan Pak Pandir lalu makanlah ia.
Telah selesai daripada itu, keduanya pun tidurlah. Telah datang keesokan hari, Mak Andeh pun bangunlah bertanak nasi, seraya dikeluarkannya ikan salai itu empat ekor, dua diberikan kepada Pak Pandir dan dua di tindihnya dibawah pehanya. Maka Pak Pandir. Maka Pak Pandir pun mengisut pergi makan. Keduanya pun makanlah. Maka Pak Pandir makan baharu dua tiga suap, ikan salainya pun sudah habis. Maka kata Pak Pandir, Andeh, Andeh berilah aku lauk sedikit. Lauk aku sudah habis.
Maka jawab Mak Andeh, ku pun sudah habis juga. Ujar Pak Pandir, ada ku tengok di bawah di bawah paha Andeh itu. Kata Mak Andeh, yang aku makan ini daging paha aku, bukannya ikan salai. Maka Pak Pandir pun segeralah mengambil goloknya menghiris daging pahanya serta dibakarnya, diperbuatnya lauk. Telah dilihatnya oleh Mak Andeh akan kelakuan Pak Pandir itu tersanglah heran dihatinya. Lepas makan Pak Pandir pun makin sangat demamnya, bertambah oleh bentan luka yang diirisnya itu. Kemudian diubati Mak Andeh segala luka Pak Pandir itu. Tiada berapa lamanya dengan takdir Allah ta`ala, sekalian penyakit Pak Pandir itu pun sembuhlah seperti sediakala.
Sekali peristiwa. Pak Pandir pergi hendak melihat ikan salainya yang tertinggal lagi itu. Maka beberapa kali dicubanya hendak pergi ketempat itu tiada juga berani oleg disangkanya kalau-kalau ada lagi binatang yang hinggap di tengah belakang itu mengendapkan dia disitu. Maka dengan hal yang demikian tiadalah jadi Pak Pandir pergi kesitu, lalu Pak Pandir pergi mencari getah kayu lembu jawa kedalam hutan yang lain. Telah dapat lalu dibawanya pulang ke rumahnya serta dimasaki di campurkan dengan ramuan yang lain. Telah sudah dimasukkannya kedalam tabung buluh getah itu. Maka Pak Pandir pun berjalanlah membawa getah setabung bersama dengan puris nyior secekak, masuk kedalam hutan mencari tempat yang banyak burung hinggap.
Ada seketika bertemulah Pak Pandir sepohon ara yang terlindung rending serta dengan lebat buah-buahan sedang masak. Maka banyaklah sekalian burung-burung berhimpun memakan buah itu. Maka terlalulah sukacita Pak Pandir, seraya ia berfikir, sekalian ini paksa terkukurlah mendapat padi rebah. Tak dapat aku makan ikan tak usahlah asalkan aku kenyang makan burung pula sudahlah.
Maka Pak Pandir pun segeralah memanjat pohon ara itu menahan getah pada segenap dahan dan ranting pohon itu. Setelah sudah ia pun turun bersembunyikan dirinya. Ada seketika datanglah beberapa bangsa kawan burung hinggap ke pohon itu memakan buahnya. Maka terkenalah pada getah Pak Pandir, ada yang kena pada kakinya ada yang pada sayapnya, berbagai-bagai lalu jatuh ketanah. Maka dipungut oleh Pak Pandir, diikatnya dengan tali, lalu dibelitnya pada pinggangnya.
Demikianlah diperbuat oleh Pak Pandir hingga lima enam ratus ekor berbelit-belit tali itu pada seluruh tubuhnya, dan diikatkannya pula pada paha dan kaki tangan serta kepalanya sehingga tubuhnya tiada kelihatan lagi diliputi oleh sekalian burung-burung itu. Demi dirasa oleh sekalian burung itu ia telah terikat kakinya, maka ia pun menggelupurlah mengembangkan sayapnya lalu terbang.
Maka Pak Pandir pun diterbangkannyalah keatas udara, beberapa kali Pak Pandir hendak berlepas diri tiada juga dapat. Kemudian ia pun mendiamkan dirinya, barang kemana diterbangkan oleh burung itu sahaja. Maka hari pun telah malamlah, dan bulan pun terang cuaca empat belas hari bulan.
Maka dengan takdir Allah ta`ala Pak Pandir diterbangkanlah oleh burung-burung itu pun sampailah kekampung Raja Shah Malim. Telah dilihat oleh kundang-kundang baginda itu, masing-masing pun terkejutlah, ia berlari-lari kesana kemari, kerana sangka mereka tentu jin hantu atau dewa-dewa mambanglah yang boleh terbang demikian itu. Seketika lagi burung itu pun letihla lalu terjatuh keatas kebumbung istana Raja Shah Malim itu. Maka Pak Pandir pun terlalu sakit segala sendi anggotanya oleh terhempas keatas bumbung itu. Dalam pada itu ia pun teringat akan goloknya, lalu ditetasnya sekalian tali ikatan burung-burung yang merata tubuhnya itu. Maka sekalian burung-burung itu pun habislah terbang, mana-mana yang telah letih jatuh berkaparan ketanah.
Telah sudah Pak Pandir pun berseru dengan nyaring suaranya. Demikian bunyinya, padam dammar, padam pelita, Raja Mambang hendak turun, hingga tiga kali berturut-turut demikian bunyinya juga.
Maka kedengaranlah kepada inang pengasuh Tuan Puteri Dang Lela. Maka segeralah di persembahkannya kepada baginda. Maka titah baginda, jikalau demikian bersedialah kamu sekalian, aku hendak mengambil Raja Mambang itu itu akan menantuku, kerana aku pun telah berniat dari dahulu hendak bermenantukan dia.
Maka sekalian inang pengasuh Tuan Puteri itu berhadirlah, dan baginda pun lalu turun ketanah dengan sekalian budak kundangnya melihat keatas bumbung istananya bahawa sesungguhnya adalah seorang orang terdiri diatas bumbung itu. Maka titah baginda, ambillah tangga. Dirikan disini supaya ia turun.
Setelah sudah maka baginda sendiri menyeru, katanya Ya anakku, Raja Mambang, silalah tuan turun mendapatkan ayahdanya.
Maka Pak Pandir keparat pun turunlah mengikut tangga itu mendapatkan baginda. Maka dibawa oleh baginda, diserahkan kepada inang pengasuh Tuan Puteri, disuruh sintuk limau, bedak langir akan Raja Mambang itu. Telah sudah lalu diakad nikahkan oleh baginda sendiri dengan anakanda baginda Tuan Puteri Dang Lela didalam gelap buta itu juga, kerana Raja Mambang ini tiada boleh dikenai oleh sinar api. Telah sudah kawin lalu dibawa masuk kedalam pelaminan. Maka Tuan Puteri pun lari keluar duduk bersama dengan inang pengasuhnya. Beberapa dipujuk oleh inang dan dayang tiada juga Tuan Puteri mahu masuk beradu dengan Raja Mambang itu.
Hatta, selang tiada berapa lamanya hari pun siang, hujan turun rintik-rintik. Maka Pak Pandir pun bersandarlah kepada bantal besar sambil merungut perlahan-lahan. Katanya, aduhai, hujan atang ini alau ada Andeh akar isang alangkah sedap ulutku. Maka lama hujan itu pun bertambah lebatnya, demikian juga rungut Pak Pandir. Lama kelamaan kedengaranlah rungut Pak Pandir itu kepada inang pengasuh Tuan Puteri, lalu dipersembahkanlah kepada baginda.
Demi didengar oleh baginda, apatah lagi, murkalah baginda, lalu bertitah kepada budak kundangnya menyuruh kuliti kepala Pak Pandir bedebah itu dari tengkuk serkupkan kemukanya kerana ia mengaku dirinya Raja menipu baginda terlalulah bengisnya baginda. Maka dikerjakanlah oleh budak-budak kundang itu seperti titah rajanya. Masuk mereka kedalam bilik peraduan Tuan Puteri menangkap Pak Pandir, ditariknya turun ketanah. Maka Pak Pandir pun terkejut lalu menangis sambil meneriak Mak Andeh meminta tolong. Maka dikerjakan orang juga seperti titah baginda itu. Telah sudah lalu dibuangkannya Pak Pandir kedalam hutan. Setelah itu mereka itu pun pulanglah lalu dipersembahkan kepada baginda segala hal itu. Maka baginda pun beberapa menanggung dukacita dan kemaluan kena tipu oleh Pak Pandir itu, lagipun baginda tiada dengan usul periksanya mengambil Pak Pandir dikahwinkan dengan Tuan Puteri anak baginda itu.
Maka tersebutlah perkataan Pak Pandir. Telah dibuangkan orang kedalam hutan, maka ia pun menangis oleh terlalu sangat lapar dan dahaganya serta dengan letih lesunya pula, sambil berjala. Tiada beberapa lamanya dengan takdir Allah ta`ala, sampailah balik rumahnya. Maka pada masa itu Mak Andeh pun sedang duduk dimuka pintu. Serta ia melihat Pak Pandir ia pun bertanya, apa kena awak, Pak Pandir seperti rupa orang yang kesakitan kulihat ini dan kulit kepala pun terserkup kemuka?
Maka jawab Pak Pandir, inilah rupa tanggungan aku Andeh. Lalu diceritakannya daripada awal hingga keakhirnya. Maka Mak Andeh pun terlalulah amat marahnya akan Pak Pandir, lalu dibawanya naik kerumah, dibetulkannya kulit kepala Pak Pandir itu, dibubuhnya ubat, dibungkusnya dengan kain. Maka Pak Pandir pun berbaringlah mengidapkan lukanya itu kira-kira dua bulan tiada pergi kemana lagi.
Didalam hal yang demikian itu, luka Pak Pandir pun sembuhlah sekaliannya. Maka ia berkata kepada Mak Andeh minta perbuatkan perbekalan, kerana ia hendak menumpang barangsiapa yang hendak belayar, oleh terlalu ingin rasanya hendak melihat negeri orang. Maka Mak Andeh pun membuatlah penganan daripada wajek dan dodol serta lain-lainnya kira-kira dua belas buyung penuh semuanya lalu disimpan diatas para.
Setelah sudah maka kata Mak Andeh , bila awak akan pergi? Aku hendak pergi mencari sayur-sayur kedalam repuh itu. Maka kata Pak Pandir, sekaranglah juga aku hendak pergi? Aku hendak pergi mencari sayur-sayur kedalam repoh dan didalam tujuh hari ini apabila berbunyi bedil dikuala, alamat aku akan sampailah dari belayar. Siap-siaplah Andeh, sapu sampah dan buang sekalian sawang sarap diatas rumah kita ini.
Setelah ia berpesan,maka Mak Andeh pun memberikan wang seratus rial itu kepada Pak Pandir dan ia pun lalu pergi mencari sayur. Maka Pak Pandir pun berkemaslah naik keatas para tempat buyung penganan itu lalu dimakannya habis dua buyung. Ia pun berdiamkan dirinya. Seketika lagi Mak Andeh pun baliklah lalu bertanak dan menyayur serta makan sambil merungut, sudah belayar agaknya Pak Pandir tadi.
Maka seketika lagi hari pun malamlah. Maka Mak Andeh tidur seorang dirinya. Maka tersebutlah perkataan Pak Pandir yang memakan kuih itu habis sebuyung pula. Maka bibir mulutnya pun habis dimakan oleh tikus, ia menderita sahaja, lama-lama habislah bibir atas dan bibir bawah oleh dicium tikus itu berbau lemak dan manis. Itu pun tiada juga Pak Pandir hiraukan. Ia makan juga hingga terseringing tinggal gusi sahaja.
Hatta, telah genaplah tujuh hari, dengan takdir Allah ta`ala. Pak Pandir pun bersin yang teramat kuat. Maka Mak Andeh pun berfikir. Iaitu tentulah bunyi bedil dikuala. Lalu ia pun segeralah menyapu sampah dibawah dan diatas rumah. Kemudian Mak Andeh pun membuang sawang-sawang yang ada para itu. Maka terkejutlah Pak Pandir seraya melompat, katanya, aku Andeh, bukan siapa. Lalu ia menjengukkan mukanya kepada Mak Andeh seraya berkata. Hai andeh tengok igi ada ibir tidak.
Asal terpandang sahaja sumpah seranahlah akan Pak Pandir lalu dipalunya dengan penyapu. Maka Pak Pandir pun turunlah dari atas para seraya berkata, igi ada, ibir tidak juga kepada Mak Andeh serta dijeringing-jeringingkannya mulutnya. Maka bertambah-tambah dahsyat Mak Andeh melihatnya oleh terlalu buruk rupanya.
Arakian pada suatu hari kata Mak Andeh, aku hendak membuat huma Pak Pandir, tunggulah oleh awak rumah kita ini. Maka kata Pak Pandir, aku hendak sama juga menebang dan menebas dengan Andeh. Kata Mak Andeh baiklah.
Maka kedua-duanya pun pergi bekerja dari pagi-pagi. Setelah tengah hari keduanya pun berhentilah di pondok. Maka kata Mak Andeh kepada Pak Pandir, pergilah awak pulang kerumah, mengambil api boleh kita bertanak disini. Susah hendak balik kerumah, terlalu jauh.
Maka kata Pak Pandir, baiklah Andeh , tetapi bakarlah aku pisang dahulu. Maka kata Mak Andeh ialah pergi Pak Pandir ambil api dahulu.
Maka jawab Pak Pandir, aku tak mahu, kalau Andeh tidak membakarkan pisang, tidaklah aku hendak sekali-kali. Demikianlah bertolo-tolo Pak Pandir dengan Mak Andeh. Maka oleh terlalu geram hati Mak Andeh diambilnya pisang muda dua butir, lalu dilegamlah rupa pisang itu. Kemudian diunjukkannya kepada Pak Pandir. Katanya, nah lantak sungguh-sungguh.
Maka diambillah oleh Pak Pandir akan pisang itu lalu turun berjalan hendak mengambil api kerumah. Maka dikoyaknyalah kulit pisang itu, dilihatnya pisang itu betul-betul tidak masak dan dimakannya kelat pula. Maka Pak Pandir pun menangislah seraya katanya, hoi, hoi Andeh akar isang angus aja asak idak. Sambil ia berjalan juga sampai kerumah lalu mengambil api serta ia balik kehuma mendapatkan Mak Andeh dengan tangisnya menunjukkan pisang itu. Katanya Andeh akar isang angus aja asak idak. Demikianlah beberapa kali.
Maka Andeh mendengarkan rungut Pak Pandir itu mengkal sahajalah didalam hatinya, hendak tertawa takut kalau-kalau Pak Pandir marah. Maka kata Mak Andeh, baiklah, boleh ku bakarkan yang lain, jangan bising, Pak Pandir. Setelah sudah Mak Andeh menghidupkan api lalu ia bertanak dan sambilnya juga membakar pisang Pak Pandir. Telah masak, diunjukkan kepada Pak Pandir pisang itu, sedan panas-panas lagi dua tiga butir. Maka disambut oleh Pak Pandir lalu dimakan dengan tak sempat berkupas kulitnya lagi ditelannya bulat-bulat. Setelah pisang itu sampai kedalam perut Pak Pandir, maka ia pun menggelupurlah hempas pulas kesana kemari tiada ketahuan lagi. Ada seketika Pak Pandir pun kembalilah ke negeri yang kekal, lalu ditanamkan oleh Mak Andeh di bawah lesung penumbuk padi.Maka tinggallah Mak Andeh seorang diri dengan duka percintaannya. Ada kira-kira selang tiga bulan Mak Andeh pun sakit lalu mati. Demikianlah ceritanya.

Senin, 21 Februari 2011

CERITA PENDEK

CERITA PENDEK

A. SEJARAH CERPEN
Cerpen tertua di dunia ditemukan dalam lembar daun lontar yang diperkirakan dituis sekitar tahun 3000 SM. Selain itu ditemukan pula flash-flash di nisan-nisan kuburan tua di Mesir. Di Yunani,  cerpen  klasik berupa fabel yaitu cerita yang pelakunya para binatang yang dimanusiakan. Fabel ini mulai beredar di masyarakat sekitar 500 SM tetapi baru ditulis dengan rapi pada abad II. Pada abad kedelapan, lahirlah serial cerpen lisan klasik 1001 Malam. Cerpen klasik bertema romantik ini pertama kali dipublikasikan dalam bentuk buku pada tahun 1704 di Prancis.
Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic Monthly, Scribner's, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek.
Sejak itulah cerpen memasyarakat dan lahirlah cerpen modern. Karya tersebut dipublikasikan di berbagai media cetak , khususnya majalah sastra. Cerpen berkembang pesat sejak pertengahan Abad XIX, tidak hanya di Eropa tapi juga di Amerika Serikat. Washington Irving(1783-1859), Edgar Allen Poe(1809-1849) dan Anton Chekhov (1860-1904) digelari sebagai bapak cerpen dunia oleh para kritikus.
Di Prancis, lahirnya cerpen dipelopori oleh Guy de Maupassant(1850-1893). Guy juga termasuk bapak cerpen dunia. Guy yang pernah belajar di seminari, dikenal piawai dalam merangkai plot cerita yang ditulisnya dengan bahasa yang sangat indah dan memberikan kesan kelembutan. Salah satu cerpen yang mendunia berjudul The Neckale. Cerpen ini terhimpun dalam buku kumpulan berjudul Contes du jour et de la nuit (1885). Selain itu masih ada 11 buku kumpulan cerpen lainnya, yang diterbitkan hanya dalam rentang waktu lima tahun. Kemudia ia menulis novel dan naskah drama.Ia sangat produktif, di tengah kesibukannya dalam kancah politik.
Anton Chekhov, sastrawan Rusia, bahkan menjadi pengarang pertama yang mampu menulis cerpen yang sangat pendek. Chekhov dikenal sebagai sastrawan yang sulit di tandingi, kecuali oleh Guy de Maupasssant. Kehebatan karya Chekov terletak pada pendeknya. Tetapi karyanya yang paling pendek pun tetap utuh, selesai dan indah. Selain itu, ia juga menulis novel, naskah drama dan skenario film.
Sedangkan Edgar Allen Poe dipuji sebagai sastrawan yang mampu menulis cerpen tipe well-made short-story yang sangat indah dan utuh. Cerpennya yang berjudul The Cask of Amontillado sangat termashur. Lain lagi dengan Washington Irving, daya tarik karya cerpennya terletak pada temanya yang dianggap mampu menghibur pembacanya. Ia mengangkat masalah-masalah sosial untuk dijadikan cerpen yang dibumbui humor. Pengarang ini tekun melakukan studi, khususnya studi mengenai sejarah Eropa dan Amerika.
Di Indonesia dalam sastra Melayu lama, sebenarnya penulisan model cerpen ini sudah pernah dirintis oleh Haji Ibrahim dari Kesultanan Penyengat, Riau sejak tahun 1865. Namun, saat itu genre ini tidak mendapat tanggapan yang berarti dari kalangan sastrawan apalagi khalayak, sehingga kalah bersaing dengan hikayat, syair dan pantun. Oleh sebab itu, cerpen tidak mengalami perkembangan yang berarti. Barulah ketika memasuki abad ke-20, cerpen mulai mengalami perkembangan yang cukup baik yakni pada zaman Pujangga Baru (tahun 1930-an) dan berkembang pesat sejak zaman kemerdekaan. Tokoh-tokoh penulis cerpen di Indonesia antara lain Sitor Situmorang, Asrul Sani, Iwan Simatupang, Budi Darma, WS Rendra, Umar Kayam, Subagio Sastrowardoyo.


B. PENGERTIAN UMUM CERPEN
Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu cerpen. Kalangan sasterawan memiliki rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
A. Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-
20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan.

Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek dan masih banyak sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.

Dari beberapa buku dan uraian yang layak dijadikan pedoman, tampaknya pendapat pakar cerita pendek dunia, Edgar Allan Poe, sangat cocok menjadi panduan- karena secara teoritis ia memenuhi kriteria ilmiah, tetapi secara praktis ia dapat diaplikasikan. Pendapat yang dirinci Muhammad Diponegoro dalam bukunya Yuk, Nulis Cerpen Yuk disederhanakan sebagai berikut:

Pertama, cerita pendek harus pendek. Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop. Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus hingga kalimat terakhir, berarti cerita pendek harus ketat, tidak mengobral detail, dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau menampilkan problem.

Kedua, cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik. Menurut Poe ketunggalan pikiran dan aksi bisa dikembangkan lewat satu garis dari awal sampai akhir. Di dalam cerita pendek tak dimungkinkan terjadi aneka peristiwa digresi.

Ketiga, cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada pada satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh sebab itu ekonomisasi kata dan kalimat – sebagai salah satu keterampilan yang dituntut bagi seorang cerpenis.

Keempat, cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan. Itulah sebabnya dibutuhkan suatu keterampilan khusus, adanya konsistensi dari sikap dan gerak tokoh, bahwa mereka benar-benar hidup, sebagaimana manusia yang hidup.

Kelima, cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik dan menggoda, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Kesan selesai itu benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa cerita itu telah tamat, sampai titik akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, cerita benar-benar rampung berhenti di situ.
Rumusan Poe inilah –saya sepakat dengan Korrie Layun Rampan- sesungguhnya yang cukup bisa mewakili pengertian cerita pendek secara
umum.

C.KARAKTERISTIK CERPEN
Gambaran umum karakteristik cerpen bisa ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas. Untuk mempertegas perbedaan cerpen dengan novel, Ismail Marahimin, dalam Menulis Secara Populer menjelaskan bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat. Sedangkan cerita rekaan yang panjang adalah novel. Apa ukuran panjang-pendek suatu cerpen itu? Jumlah halamannyakah? Jumlah kata-katanyakah? Menjawab hal ini, rumusan Poe cukup menjelaskan. Meskipun ada yang berpendapat jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata (The Liang Gie). Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500 – 30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).

Yang jelas, karakteristik utama cerpen adalah pendek dan singkat. Di dalam cerita yang singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita. Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu pun hanya satu. Konfliknya pun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.

Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita. Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita berakhir. Ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.

Karena jumlah tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama, kata-kata yang dipakai harus hemat, tepat dan padat, maka –diantara karakteristik cerpen- tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat saja.

Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel. BUKAN PULA sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu adalah sebuah cerita rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada tambahan lain. Cerpen adalah sebuah genre atau jenis, yang berbeda dengan novel.
Namun demikian, sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam bahasa The Liang Gie konflik dramatik yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan. Sebab inilah inti suatu cerpen.

D. JENIS CERPEN
Lalu apakah yang disebut cerita pendek atau cerpen itu? Cerpen adalah cerita yang ditulis pendek. Tetapi seberapa pendeknya? Bukankah panjang atau pendek itu relative? Karena itu lalu dibuat patokan yang sudah umum berlaku. Sebagai patokan atau pedoman umum, cerpen terdiri dari 2000 kata sampai dengan 10.000 kata. Penggolongannya adalah sebagai berikut:
Cerita Pendek (short story)
Cerita pendek yang pendek (short, short story)
Cerita pendek yang sangat pendek (very short-short story)

Cerpen yang pendek hanya terdiri dari 750 sampai dengan 1000 kata. Cerpen jenis ini biasanya disebut cerita mini yang lazim disingkat cermin. Di Barat cermin disebut flash – yang artinya sekilas atau sekelebatan membacanya. Jenis ini tergolong dalam very short-short story.

Sedangkan cerpen yang ditulis sampai dengan 10.000 kata bisa disebut dengan cerpan(cerita pendek yang panjang).J enis cerpen ini bisa dikembangkan menjadi novelette atau novel pendek. Karya-karya cerpen para sastrawan Eropa, Amerika Latin dan AS tahun 1940 – 1960-an pada umumnya ditulis begitu panjang dan layak disebut cerpan.

Cerpen yang ideal adalah sebagai berikut:

Ditulis terdiri dari 3.000 atau 4.000 kata.
Bahasa dan isinya mudah dipahami. Dengan demikian, cerpen tersebut dapat di baca kurang dari satu jam dan isinya tidak terlupakan oleh pembacanya sepanjang waktu.

Ada dua tipe cerpen, yaitu cerpen yang ditulis dengan sempurna disebut well made short-story dan cerpen yang ditulis tidak utuh disebut slice of life short-story. Tipe pertama adalah cerpen yang ditulis secara fokus yaitu: satu tema dengan plot yang sangat jelas dan ending yang mudah dipahami. Cerpen tersebut pada umunya bersifat kovensional dan berdasar pada realitas /fakta. Maka cerpen tipe ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami. Pembaca awam dapat membaca cerpen jenis ini kurang dari satu jam.

Sebaliknya, cerpen tipe kedua, yaitu slice of life short-story, tidak terfokus temanya, memencar, sehingga plot tidak terstruktur. Plot(alur) ceritanya kadang dibuat mengambang oleh pengarangnya. Pada umumnya,cerpen jenis ini ditulis dengan gaya kontemporer dan bersumber dari ide atau gagasan murni, maka disebut juga dengan cerpen gagasan. Dengan demikian, cerpen tipe ini seringkali sulit dipahami sehingga perlu dibaca berulang-ulang. Pembaca karya seperti itu adalah kalangan tertentu yang memang paham akan karya-karya sastra.

Cerpen tipe mana pun, yang ditulis sebagai cerpen standar, cermin(flash) maupun cerpan mempunyai beberapa persamaan:
Bercerita tentang manusia atau sesuatu yang dimanusiakan
Menyajikan satu (tunggal) peristiwa(lampau, sekarang atau yang akan datang)
Jumlah tokoh yang ditampilkan satu atau paling banyak tiga orang.
Kurun waktu peristiwa sangat terbatas.
Pada umumnya, karya dipublikasi di media-massa sebelum diterbitkan dalam bentuk kumpulan cerpen.
Mengandung elemen plot, sudut pandang, tokoh/pelaku, dialog, konflik, setting dan suasana hati (mood/atmosphere)

E. UNSUR-UNSUR DALAM SEBUAH CERPEN
1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita dasar tolak untuk bercerita.
Tidak mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini. Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya.
Secara tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti: 1. Kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan. 2. Persahabatan sejati adalah setia dalam suka dan duka. 3. Cinta adalah energi kehidupan, karena itu cinta dapat mengatasi segala kesulitan dll.
Cerpen yang baik dan besar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun, selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu. Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha Hoerip. Cerpen ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri asing dengan baik sekali, tetapi secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku” dapat bertahan dari godaan berbuat serong karena pertimbangan moral.

2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu. Rancangan tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai yang diinginkan itulah plot. Atau, secara lebih gamblang plot adalah –menurut Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar. Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita Pendek menjelaskan tentang plot dengan mengatakan, “Contoh populer
menerangkan arti plot adalah begini: Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati karena sakit hati, adalah plot.” Dalam cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian ditiadakan jalan cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Plot keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen- cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
2. Plot lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
3. Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini. Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya.
Jadi sifat plot ada kalanya:
1. Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan
jalan cerita, di samping masalah dasar persoala
2. Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.
3. Campuran keduan

3. Penokohan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita/ cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Penokohan, yang di dalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek. Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter).
Teknik menggambarkan tokoh dapat dengan cara :
a. Teknik analitik yaitu karakter tokoh diceritakan langsung oleh pengarang.
b. Tektik dramatik yaitu tokoh dikemukakan melalui :
1. penggambaran fisik dan perilaku tokoh
2. penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
3. penggambaran tata kebahasaan tokoh
4. pengungkapan jalan pikiran tokoh
5. penggambaran oleh tokoh lain (E.Kosasih:393)

4. Latar atau Setting
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen Bayi-bayi Tertawa yang mengambil setting khas Palestina, dengan
watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu jika settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan watak dan karakter tokoh.

5. Sudut Pandang
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandang ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
1. Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
2. Sudut pandang orang ketiga pengamat, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
3. Sudut pandangan orang ketiga serbatahu. pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.
4. Sudut pandang campuran, pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik menggunakan teknik ini.

6. Amanat/pesan
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang akan disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk itu pembaca harus membaca cerita secara utuh dan tidak sepenggal membaca cerita.


F. MEMBUAT CERPEN
Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-
unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah
sangat siap untuk menciptakan sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada
baiknya anda mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita.
Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun
jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi
sebagai berikut:
1.Situasi (pengarang membuka cerita)
2.Peristiwa-peristiwa terjadi
3.Peristiwa-peristiwa memuncak
4.Klimaks
5.Anti Klimaks
Atau, komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin dapat dikatakan
sebagai berikut:
1. Perkenalan
2. Pertikaian
3. Penyelesaian
Cerpen yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur cerita ini. Helvy Tiana Rosa selama menjadi pimred Annida dan melihat kelemahan mereka itu dan berkomenta
“Cerpenis-cerpenis pemula biasanya kurang memperhatikan proporsionalitas struktur cerita. Banyak di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman pertama karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan. Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil lalu saja. Pengakhiran konflik pun dibuat sekedarnya. Tahu-tahu sudah penyelesaian. Padahal inti dari cerpen adalah konflik itu sendiri. Jadi jangan sampai pembukaan cerpen menyamai apalagi sampai menelan konflik tersebut.”


Agar Sebuah Cerpen Memiliki Daya Pikat
Agar cerpen ada memikat pembaca, trik-trik berikut ini bisa dipertimbangkan baik-baik:

1. Carilah ide cerita yang menarik dan tidak klise. Mengulang ide cerita
semisal “Bawang Merah dan Bawang Putih” adalah pilihan yang kurang tepat,
karena akan tampak sangat klise dan menjadi tidak menarik pembaca.

2. Buatlah lead, paragraf awal dan kalimat penutup cerita yang semenarik mungkin. Alinea awal dan alinea akhir sangat menentukan keberhasilan sebuah cerpen. Alinea awal berfungsi menggiring pembaca untuk menelusuri dan masuk dalam cerita yang dibacanya. Sedangkan kalimat akhir adalah kunci kesan yang disampaikan pengarang. Kunci kesan ini sangat penting, karena cerpen yang memberikan kesan yang mendalam di hati pembacanya, akan selalu dikenang.

3. Buat judul cerita yang bagus dan menarik. Sebagaimana buku, cerita yang bagus tidak semuanya dibaca orang. Salah satu penyebabnya adalah kalimat pembuka yang buruk dan judul yang mati, tidak menggugah rasa ingin tahu pembacanya. M. Fauzil Adhim dalam bukunya Dunia Kata menjelaskan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam menulis judul:Pertama, judul sebaiknya singkat dan mudah diingat. Kedua, judul harus mudah diucapkan. Yang ketiga, kuat maknanya.

4.Perhatikan teknik penceritaan. Teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan, penyusunan konflik. pembangunan tegangan dan penyajian cerita secara utuh. Jangan sampai pembaca sudah jenuh di awal cerita. Untuk menghindari kejenuhan pembaca di awal cerita bisa kita gunakan teknik:
-in medias res (memulai cerita dari tengah)
-flash back (sorot balik, penyelaan kronologis)
Anton Chekov menyarankan : “Lipat dualah halaman pertama cerpenmu, lalu robek dua dan buang sobekan yang sebelah atas.”

5. Buatlah suspense, kejutan-kejutan yang muncul tiba-tiba (bedakan dengan faktor kebetulan), jangan terjebak pada cerita yang bertele-tele dan mudah ditebak.

6. Cerpen harus mengandung kebenaran, keterharuan dan keindahan. Elizabeth Jolley, mengatakan, “Saya berhati-hati agar tidak membuat kesalahan. Sungai saya tidak pernah mengalir ke hulu.”Gabriel Garcia Marquez, sastrawan besar dari Kolumbia yang meraih novel itu berkata, “Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal tidak satu pun baris dalam semua karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan.”

7.Ingat bahwa setiap pengarang mempunyai gaya khas. Pakailah gaya sendiri, jangan meniru. Gunakan bahasa yang komunikatif. Hindari gaya berlebihan dan kata-kata yang terlalu muluk.

8. Perhatikan setiap tanda baca dan aturan berbahasa yang baik, tetapi tetap tidak kaku. Jangan bosan untuk membaca dan mengedit ulang cerpen yang telah Anda selesaikan.
Akhirnya, saat Anda berniat menggoreskan pena menulis cerpen ingatlah pesan J.K. Rowling, siapa tahu ada manfaatnya, Mulailah menulis apa saja yang kamu tahu. Menulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Lalu saat menulis cerpen ingat pesan Edgar Allan Poe, agar cerpenmu berbobot, Dalam cerpen tak boleh ada satu kata pun yang terbuang percuma, harus punya fungsi, tujuan dalam komposisi keseluruhan.

Cara membuat cerpen yang baik
Menulis cerpen (cerita pendek) dapat menjadi permulaan karir yang baik sebagai penulis fiksi. Menulis cerita yang sangat panjang, seperti novel pastilah lebih membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Belum lagi mencari penerbit yang mau menerbitkannya. Cerita pendek dapat menjadi terobosan dalam karir menulis. Lebih banyak alternatif bagi penulis cerita pendek untuk dikenal, daripada novel. Majalah dan koran banyak yang menerima cerita pendek. Blog bisa juga menjadi alternatif dimuatnya cerita pendek di internet. Seringnya nama penulis muncul dalam cerita pendek yang dimuat di berbagai majalah dan koran, bisa menjadi pertimbangan positif bagi penerbit, bila penulis tersebut menyodorkan naskah cerita yang lebih panjang seperti novel ke penerbit. Tulisan ini ditujukan pada penulis pemula yang ingin menulis cerita pendek dengan baik. Sesuai namanya, menulis cerita pendek memiliki keunikan tersendiri.

Tema
Sebaiknya Anda memiliki tema yang jelas saat menulis cerpen, tentang cerita seperti apa yang ingin Anda tulis. Pesan apa yang ingin Anda sampaikan kepada pembaca. Dengan adanya tema, yang menjadi tulang punggung cerita, maka cerpen Anda akan meninggalkan kesan tersendiri pada pembaca. Penetapan tema dari awal juga berguna agar saat menulis, Anda tidak terlalu jauh melenceng dari cerita sudah ditetapkan.

Alur cerita
Fokuslah pada satu alur cerita sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan sebelumnya. Karakter tambahan, sejarah, latar belakang, dan detail lainnya sebaiknya memperkuat alur cerita ini. Percabangan alur cerita mutlak harus dihindari.

Karakter
Jangan menggunakan jumlah karakter yang terlalu banyak. Semakin banyak karakter bisa
membuat cerita Anda menjadi terlalu panjang dan tidak fokus pada tema. Gunakan karakter
secukupnya yang sesuai dengan alur cerita.
Sepenggal kisah hidup
Namanya saja cerita pendek, sehingga cerpen hanya menceritakan tentang sekelumit kisah dalam hidup karakter yang Anda buat. Jika karakter Anda memiliki kisah hidup yang sangat panjang, tulis hanya sebagai background yang menjadi penguat tema cerita tersebut. Tekankan hanya pada satu bagian dari hidupnya untuk ditulis.

Penggunaan kata
Bagaimanapun cerpen memiliki keterbatasan dalam jumlah kata yang bisa dipakai, apalagi cerita super pendek seperti flash fiction. Seringkali majalah atau koran tertentu benar-benar membatasi jumlah kata yang bisa dipakai. Jadi, Anda sebaiknya menggunakan pilihan kata yang efisien dan menghindari menggunakan kalimat deskriptif yang berpanjang-panjang.

Impresi
Secara tradisional, cerpen dimulai dengan pengenalan karakter, konflik, dan resolusi. Alternatif lain, adalah Anda dapat membuat impresi pada pembaca justru pada awal cerita, dengan langsung menghadirkan konflik. Karakter Anda sudah berada di dalam kekacauan besar. Hal ini akan membuat pembaca semakin penasaran, ada apa yang terjadi sebenarnya, bagaimana karakter tersebut akan mengatasi persoalannya. Pengenalan karakter, setting, dll dapat dilakukan secara perlahan-lahan di bagian cerita berikutnya.

Kejutan
Beri kejutan pada pembaca di akhir cerita. Hindari membuat akhir cerita yang mudah ditebak.

Konklusi
Jangan biarkan pembaca meraba-raba dalam gelap pada akhir cerita Anda. Pastikan konklusi di akhir cerita Anda memuaskan, tetapi juga tidak mudah ditebak. Pembaca perlu dibuat berkesan pada akhir cerita, tentang apa yang terjadi pada karakter tersebut. Akhir cerita yang mengesankan akan selalu diingat oleh pembaca, bahkan setelah lama mereka selesai membaca cerita tersebut.
Para penulis pemula seringkali disarankan untuk menggunakan pengandaian berikut ini ketika mulai menyusun cerpen mereka:
1. Taruh seseorang di atas pohon.
2. Lempari dia dengan batu.
3. Buat dia turun.
Kelihatannya aneh, tapi coba Anda pikirkan baik-baik, karena saran ini bisa diterapkan oleh
penulis mana saja. Nah, ikuti langkah- langkah perencanaan seperti yang disarankan di bawah kalau Anda ingin menulis cerpen-cerpen yang hebat.

Perencanaan Cerpen
Taruh seseorang di atas pohon: munculkan sebuah keadaan yang harus dihadapi tokoh utama cerita.
Lempari dia dengan batu: Dari keadaan sebelumnya, kembangkan suatu masalah yang harus diselesaikan si tokoh utama tadi. Contoh: Kesalahpahaman, kesalahan identitas, kesempatan yang hilang, dan sebagainya.
Buat dia turun: Tunjukkan bagaimana tokoh Anda akhirnya mengatasi masalah itu. Pada
beberapa cerita, hal terakhir ini seringkali juga sekaligus digunakan sebagai tempat
memunculkan pesan yang ingin disampaikan penulis. Contoh: Kekuatan cinta, kebaikan
mengalahkan kejahatan, kejujuran adalah kebijakan terbaik, persatuan membawa kekuatan, dsb. Ketika Anda selesai menulis, selalu (dan selalu) periksa kembali pekerjaan Anda dan perhatikan ejaan, tanda baca dan tata bahasa. Jangan menyia-nyiakan kerja keras Anda dengan menampilkan kesan tidak profesional pada pembaca Anda. Praktekkan perencanaan sederhana ini pada tulisan Anda selanjutnya.

Tema
Setiap tulisan harus memiliki pesan atau arti yang tersirat di dalamnya. Sebuah tema adalah
seperti sebuah tali yang menghubungkan awal dan akhir cerita dimana Anda menggantungkan alur, karakter, setting cerita dan lainnya. Ketika Anda menulis, yakinlah bahwa setiap kata berhubungan dengan tema ini. Ketika menulis cerpen, bisa jadi kita akan terlalu menaruh perhatian pada satu bagian saja seperti menciptakan penokohan, penggambaran hal-hal yang ada, dialog atau apapun juga, untuk itu, kita harus ingat bahwa kata-kata yang berlebihan dapat mengaburkan inti cerita itu sendiri.
Cerita yang bagus adalah cerita yang mengikuti sebuah garis batas. Tentukan apa inti cerita Anda dan walaupun tema itu sangat menggoda untuk diperlebar, Anda tetap harus berfokus pada inti yang telah Anda buat jika tidak ingin tulisan Anda berakhir seperti pembukaan sebuah novel atau sebuah kumpulan ide-ide yang campur aduk tanpa satu kejelasan.

Tempo Waktu
Cerita dalam sebuah cerpen yang efektif biasanya menampilkan sebuah tempo waktu yang
pendek. Hal ini bisa berupa satu kejadian dalam kehidupan karakter utama Anda atau berupa cerita tentang kejadian yang berlangsung dalam sehari atau bahkan satu jam. Dengan waktu yang singkat itu, usahakan agar kejadian yang Anda ceritakan dapat memunculkan tema Anda.

Setting
Karena Anda hanya memiliki jumlah kata-kata yang terbatas untuk menyampaikan pesan Anda, maka Anda harus dapat memilih setting cerita dengan hati-hati. Di sini berarti bahwa setting atau tempat kejadian juga harus berperan untuk turut mendukung jalannya cerita. Hal itu tidak berarti Anda harus selalu memilih setting yang tipikal dan mudah ditebak. Sebagai contoh, beberapa setting yang paling menakutkan bagi sebuah cerita seram bukanlah kuburan atau rumah tua, tapi tempat-tempat biasa yang sering dijumpa pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka. Buatlah agar pembaca juga seolah-olah merasakan suasana cerita lewat setting yang telah dipilih tadi.

Penokohan
Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah cerpen cukup memiliki sekitar tiga tokoh utama saja, karena terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita Anda. Jangan terlalu terbawa untuk memaparkan sedetail-detailnya latar belakang tiap tokoh tersebut. Tentukan tokoh mana yang paling penting dalam mendukung cerita dan fokuskan diri padanya. Jika Anda memang jatuh cinta pada tokoh-tokoh Anda, pakailah mereka sebagai dasar dalam novel Anda kelak.

Dialog
Jangan menganggap enteng kekuatan dialog dalam mendukung penokohan karakter Anda,
sebaliknya dialog harus mampu turut bercerita dan mengembangkan cerita Anda. Jangan hanya
menjadikan dialog hanya sebagai pelengkap untuk menghidupkan tokoh Anda. Tiap kata yang
ditaruh dalam mulut tokoh-tokoh Anda juga harus berfungsi dalam memunculkan tema cerita. Jika ternyata dialog tersebut tidak mampu mendukung tema, ambil langkah tegas dengan menghapusnya.

Alur
Buat paragraf pembuka yang menarik yang cukup membuat pembaca penasaran untuk
mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Pastikan bahwa alur Anda lengkap, artinya harus ada pembukaan, pertengahan cerita dan penutup. Akan tetapi, Anda juga tidak perlu terlalu berlama-lama dalam membangun cerita, sehingga klimaks atau penyelesaian cerita hanya muncul dalam satu kalimat, dan membuat pembaca merasa terganggu dan bingung dalam artian negatif, bukannya terpesona. Jangan pula membuat "twist ending" (penutup yang tak terduga) yang dapat terbaca terlalu dini, usahakan supaya pembaca tetap menebak-nebak sampai saat-saat terakhir. Jika Anda membuat cerita yang bergerak cepat, misalnya cerita tentang kriminalitas, jagalah supaya paragraf dan kalimat-kalimat Anda tetap singkat. Ini adalah trik untuk mengatur kecepatan dan memperkental nuansa yang ingin Anda sajikan pada pembaca.

Baca ulang
Pembaca dapat dengan mudah terpengaruh oleh format yang tidak rapi, penggunanaan tanda baca dan tata bahasa yang salah. Jangan biarkan semua itu mengganggu cerita Anda, selalu periksa dan periksa kembali.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.visikata.com/sejarah-cerpen-dan-tokoh-cerpen-dunia/ 14/02/11 12:41:51
http://herdianwibisono.blogspot.com/2009/06/tentang-cerpen.html 04/02/11 11:12:56 AM
http://www.visikata.com/pengertianceritapendek-cerpen/ 28/01/11 08:27:58
http://www.scribd.com/doc/22106146/cerpen-pengertian#archive_trial 18/02/11 09:05:54 PM
http://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek 28/01/11 08:38:05
http://www.scribd.com/doc/37984788/Cara-Membuat-Cerpen-Yang-Baik 18/02/11 09:04:52 PM