Senin, 06 Juni 2011

MENYINGKAP RAHASIA SAINS TAHAJUD

oleh: Mufarrochah, S.Pd.


Salat tahajud sebagai salat sunah begitu istimewa dalam ibadah umat islam, seperti dikabarkan dalam sebuah riwayat sahih, bahwa Rasullulloh SAW tidak pernah meninggalkan salat tahajud hingga beliau wafat. Dalam sebuah riwayat yang lain dikemukakan Abu Hurairah, Rasullulloh SAW bersabda bahwa : “Salat sunah yang utama setelah salat fardu adalah salat tahajud” (HR. Abu Dawud).

Begitu juga di dalam Alquran, Alloh SWT berfirman : “Dan pada sebagian malam hari, bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-Mu mengangkat kamu ke tampat yang terpuji,” (QS. Al-Israa’ [17]:79).

Salat tahajud ini memiliki manfaat praktis baik dari sudut pandang religius maupun kesehatan. Sebagaimana disabdakan Rasullulloh SAW dalam sebuah hadis : “Salat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan dari penyakit,” (HR. Tirmidzi).

Alquran dan hadis sebagai panduan umat Islam menganjurkan yang demikian tentulah ada sebabnya. Dalam hati muncul pertanyaan, apa istimewanya sholat tahajud ini. Dilihat dari cara sholatnya sama dengan sholat 5 waktu, hanya waktunya yang berbeda. “Bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. Yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzzammil [73]: 2-4).
“Tuhan kami Yang Agung, pemberi berkah, setiap malam turun ke langit dunia, pada sepertiga malam yang terakhir” (HR. Bukhori). Ada Apa dengan sepertiga malam yang terakhir? Mengapa kita harus sholat tahajud?

Seorang ilmuwan Muslim asal Mesir, Fadhlalla Haeri, menyatakan bahwa pada saat matahari terbenam (jam 6 sore), kelenjar pineal dalam tubuh kita mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. Hormon ini membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membatasi gerak pemicu tumor seperti estrogen. Dengan melakukan sholat tahajud akan menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.

Haeri mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak melatonin yang ada di dalam tubuh berjumlah 120 picogram. Namun jumlah tersebut akan semakin menurun pada usia 20 30 tahun. Selain secara alamiah, pengurangan jumlah melatonin di dalam tubuh juga diakibatkan adanya pengaruh eksternal, seperti: tidur larut, medan elektromagnetik, dan polutan kimia yang pada akhirnya akan menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.

Selain itu kita mempunyai irama tubuh yang biasa disebut irama sirkadian tubuh. Mulai jam 3 dini terjadi peningkatan adrenalin. Akibatnya tekanan darah manusia juga meningkat. Padahal kita sedang tidur pulas. Biasanya adrenalin kita bekerja saat kita beraktifitas atau dalam keadaan stress. Selain itu terjadi pula penyempitan pembuluh darah otak yang menyebabkan oksigenasi otak berkurang sehingga kita merasa berat kalo bangun pagi dan cenderung mengantuk. Peningkatan adrenalin juga mengaktivasi sistem pembekuan darah yang mengakibatkan sel-sel trombosit berangkulan membentuk suatu trombus. Trombus inilah yang menyebabkan gangguan kardiovaskuler pada manusia.

Hasil penelitian Furchgott dan Ignarro serta Murad tentang suatu zat di dalam dinding sel yang dapat melebarkan pembuluh darah menjawab pertanyaan di atas. Zat yang ditemukan itu bernama NO (Nitrit Oksida). Yang luar biasa adalah ternyata Nitrit Oksida ini diproduksi terus menerus selama istirahat termasuk ketika manusia tidur. Zat ini juga mencegah terbentuknya trombus dengan menghambat agregasi/penempelan trombosit. Hasil temuan ini mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.

Aktivitas sholat tahajud dapat meningkatkan kadar Nitrit oksida dalam pembuluh darah sehingga oksigenasi ke otak juga bertambah akibat melebarnya pembuluh darah otak dan yang pasti trombosit dicegah untuk saling menempel, jadinya pembuluh darah tidak bertambah sempit. Aktivitas mengejan yang ditimbulkan pada gerakan rukuk dalam sholat meningkatkan tonus syaraf parasimpatis yang melawan efek dari syaraf simpatis seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Mohammad Sholeh, Seorang dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya dalam usahanya mempertahankan disertasi doktornya, mengatakan bahwa shalat tahajud yang dilakukan secara rutin, benar, khusuk dan ikhlas akan membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan kanker.

Ia mengemukakan pernyataan itu dalam disertasinya yang berjudul Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Response Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi. Sholeh melakukan penelitian ini terhadap 51 siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Dari 51 siswa hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan shalat tahajud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi tinggal 19 siswa yang bertahan shalat tahajud selama dua bulan. Shalat dimulai pukul 02:00 hingga 3:30 sebanyak 11 rakaat. Selanjutnya hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya. (Paramita, Prodia dan Klinika). Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajud secara ikhlas

berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. Jadi shalat tahajud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress.

Menurut Sholeh orang stress itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan shalat tahajud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Berdasarkan hitungan teknik medis menunjukan, shalat tahajud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Sholeh mengukur kadar hormon kortisol (glukokortikoid alami utama yang dikeluarkan korteks adrenal. Zat ini memengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak) bisa diketahui apakah seseorang mengalami stres atau tidak. Pada mereka yang berhasil melakukan shalat tahajud sampai dua bulan, hormon ini meningkat. Ini pertanda orang tersebut ikhlas dan tidak stres,” katanya.

Meningkatnya hormon ini akan disertai dengan meningkatnya kandungan serotonin, epinefrin, dan endorfin. Hormon-hormon inilah yang membuat kita merasa tenang dan tenteram. Sebaliknya, tingkat acetylcholine pada ke-19 orang ini menurun. Acetylcholine adalah ester asam asetat dari kolin yang berfungsi sebagai neurotransmiter atau bahan kimia yang berfungsi menyampaikan pesan dari sel saraf yang satu ke sel saraf yang lain.“Bila bahan kimia ini meningkat, itu tandanya orang lagi stres. Akibat lanjutannya orang akan mudah marah, cemas, dan khawatir” tuturnya. Stres juga ditandai oleh meningkatnya kandungan vasopressin atau hormon yang dikeluarkan hipotalamus (bagian otak).
“Bila tingkat vasopressin tinggi dan menumpuk terus-menerus, daya tahan tubuh orang akan menurun. Orang akan mudah kena kanker. “Dengan sendirinya berbagai sistem imun yang ada di tubuh seperti makrofag, basofil, monosit, dan lainnya tidak akan terproduksi,” katanya.

Ikhlas dan kontinyu

Namun pada saat yang sama, shalat tahajud pun bisa mendatangkan stres, terutama bila tidak dilaksanakan secara ikhlas dan kontinyu. "Jika tidak dilaksanakan dengan ikhlas, bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis atau daya adaptasi terhadap perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal, tetapi jika dijalankan dengan ikhlas dan kontinyu akan sebaliknya”, tuturnya.

Dengan begitu, keikhlasan dalam menjalankan shalat tahajud menjadi sangat penting. Selama ini banyak kiai, dan intelektual berpendapat bahwa ikhlas adalah persoalan mental-psikis. Artinya, hanya Allah swt yang mengetahui dan mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun lewat penelitiannya, Sholeh berpendapat lain.

Ia yakin secara medis ikhlas yang dipandang sebagai sesuatu yang misteri itu bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator sekresi hormon kortisol. "Keikhlasan Anda dalam shalat tahajud dapat dimonitor lewat irama sirkadian, terutama pada sekresi hormon kortisolnya", kata pria yang meraih gelar doktor pada bidang psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah menjalankan shalat tahajud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas, sehingga gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut. Gangguan adaptasi itu tercermin pada sekresi kortisol dalam serum darah yang seharusnya menurun pada malam hari. Apabila sekresi kortisol tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan menurun sehingga berakibat munculnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan sekresi kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinya produksi respon imunologik yang meningkat pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh, akan menimbulkan Kekecewaan, persepsi negatif, dan rasa tertekan. perasaan negatif dan tertekan itu menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres.

Dalam kondisi stres yang berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosuprsif yang menekan proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak teinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker.

Kanker, seperti diketahui adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. Nah, bila melaksanakan shalat tahajud dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang pertumbuhan sel secara normal sehingga membebaskan pelaku shalat tahajud dari berbagai penyakit dan kanker/tumor ganas. Menurutnya, shalat tahajud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga bisa menyelesaikan problem hidup dengan efektif.

Sepertiga malam yang terakhir adalah waktu yang paling utama melaksanakan sholat tahajud (kira-kira jam 01.00 sampai masuknya waktu subuh) dan waktu itu adalah waktu paling enak untuk tidur lagi. Banyak orang merasa berat untuk menjalankan sholat tahajud, merasa mengantuk dan terpotong waktu tidurnya. Idealnya masa tidur di malam hari adalah enam hingga delapan jam, tetapi pendapat ini ditolak oleh ilmuan Barat Dr. Ray Meddis, seorang profesor di Department of Human Sciences, England University of Technology yang menyatakan bahwa masa tidur yang sempurna hanyalah tiga hingga empat jam setiap harinya. Seseorang akan mengalami deep sleep sekitar tiga hingga empat jam saja.

Kata Haeri yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur. Tiga jam adalah waktu yang cukup untuk itu. Jadi bila merasa kurang tidur bila melakukan sholat tahajud adalah pernyataan yang tidak beralasan.

Temuan ini juga sekaligus memberikan bahan renungan kepada mereka yang berpendapat bahwa kebenaran agama mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Jadi, hadis nabi yang menyatakan “Salat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan dari penyakit,” (HR. Tirmidzi) adalah benar adanya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda tergerak untuk melaksanakannya? Kalau Anda tergerak melaksanakan sholat tahajud berarti Anda termasuk orang yang diselamatkan. Amin. Wallahua’lam. (Juni 2011)